Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tips Agar Tidak Memukul Anak Saat Emosi, Orangtua Harus Tahu

Kompas.com - 26/03/2024, 17:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - American Academy of Pediatrics (AAP) telah melarang orangtua memberikan hukuman fisik kepada anak, termasuk memukul mereka. 

Pasalnya, memukul anak terbukti berdampak negatif, bahkan mengganggu perkembangan fisik, mental, dan emosional mereka. 

Baca juga:

Oleh sebab itu, kemampuan mengendalikan emosi maupun amarah sangat penting bagi orangtua, agar tidak memukul maupun membentak anak. 

Tips agar tidak memukul anak 

Kompas.com merangkum tips agar tidak memukul anak saat emosi sebagai berikut, dilansir dari Psychology Today dan Pregnancy, Birth and Baby. 

Ilustrasi orangtua memarahi anak, tips agar tidak memukul anakSHUTTERSTOCK/PR IMAGE FACTORY Ilustrasi orangtua memarahi anak, tips agar tidak memukul anak

1. Ketahui tanda marah 

Penting bagi setiap orang, termasuk orangtua untuk mengenali tanda-tanda saat marah, sehingga dapat mengambil tindakan sebelum kemarahan menjadi tidak terkendali, dikutip dari Pregnancy, Birth and Baby. 

Sejumlah tanda-tanda seseorang dalam kondisi marah antara lain, detak jantung cepat atau pernapasan lebih cepat, bahu tegang, mengatupkan rahang atau tangan, berkeringat, dan merasa gelisah. 

Melansir dari Psychology Today, saat diliputi amarah maka hormon dan neurotransmitter membanjiri tubuh. Kondisi itu menyebabkan otot-otot menjadi tegang, denyut nadi berdebar kencang, dan pernapasan Anda menjadi lebih cepat.

2. Jangan bertindak selagi marah 

Tips agar tidak memukul anak adalah jangan bertindak apapun selagi marah, dilansir dari Psychology Today. Tidak dipungkiri, saat marah seseorang merasa ingin bertindak untuk melampiaskan emosinya. 

Namun, tindakan yang dilakukan saat diliputi kemarahan justru akan menimbulkan penyesalan nantinya. 

Jika ingin berteriak, orangtua bisa masuk ke ruangan atau ke mobil. Dalam kondisi ruangan dan mobil tertutup, maka berteriaklah sehingga tidak bisa didengar anak maupun orang lain. 

Cukup berteriak saja tanpa menggunakan kata-kata apapun karena kata-kata justru membuat Anda semakin marah. Jadi, cukup teriak saja. 

Cara konstruktif untuk menangani kemarahan adalah dengan membatasi ekspresi kita terhadap kemarahan tersebut. Ketika sudah sudah tenang, kita bisa melakukan diagnosis, apa yang salah dalam hidup kita sehingga kita merasa marah dan apa yang perlu kita lakukan untuk mengubah situasi tersebut. 

3. Tinggalkan ruangan sejenak

Jika orangtua merasa hendak mulai marah, maka tinggalkan ruangan dan pergi ke tempat yang tenang. Namun, sebelum meninggalkan ruang, pastikan anak dalam kondisi aman. 

Orangtua bisa mengatakan kalimat berikut kepada anak, dengan tenang. 

“Saat ini ibu/ayah sedang marah untuk membicarakan hal ini. Ibu/ayah akan mengambil waktu untuk menenangkan diri,” dilansir dari Psychology Today.

Segera kembali jika Anda sudah berhasil menenangkan diri, karena tidak baik meninggalkan anak-anak sendirian dalam waktu lama. 

Baca juga:

4. Hitung hingga 10 

Jika orangtua merasa hendak marah di depan anak, maka coba teknik hitung sampai 10. 

Orangtua perlu menyadari bahwa keadaan marah adalah awal yang buruk untuk melakukan reaksi apapun. Sebaliknya, berikan waktu pada diri sendiri untuk tenang. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com