Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Rolling Stones dan Sepatu Bata

Kompas.com - 26/05/2024, 15:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selama pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru, Bata menguasai pasar di Indonesia. Memasuki warsa 2000, Bata mendapat serangan masif, baik dari sepatu merek lokal maupun global.

Pada dasarnya Bata tidak berpangku tangan menghadapi ketatnya persaingan. Toko Bata didesain kekinian. Pun merek yang dijual di toko Bata, multi merek.

Dikenal merek Marie Claire, North Star, Power, Weinbrenner, B First. Bahkan menggandeng Disney untuk mengeluarkan aneka sepatu dan sandal bermerek Disney.

Aneka merek ini menandakan bahwa Bata memiliki strategi untuk menggarap konsumen dari berbagai usia.

Strategi yang brilian belum tentu menghasilkan kinerja brilian juga. Itu yang terjadi pada Bata. Merek-merek lokal yang semakin variatif, mengusung kualitas maupun model yang tidak kalah dibanding Bata. Bahkan dari sisi harga lebih murah dibanding Bata.

Sementara merek-merek global yang diwakili oleh Adidas, Nike, Puma, Skechers, Vans, Converse, Hush Puppies dan Crocs terus berinovasi.

Ditambah dengan beriklan masif dengan menggunakan pesohor global. Adidas menggunakan Lionel Messi, Nike mengusung Ronaldo dan Neymar melalui Puma. Merek sepatu-sepatu ini tetap mentereng. Hal demikian tidak dimiliki oleh Bata.

Walaupun dipasarkan di puluhan negara, Bata tidak memiliki brand ambassador yang dikenal banyak orang. Padahal kepopuleran brand ambassador akan ikut mengangkat merek produk bersangkutan.

Per 30 April 2024, pabrik sepatu Bata yang masih beroperasi di Purwakarta resmi ditutup. Artinya 93 tahun pabrik sepatu Bata beroperasi di Indonesia.

Pabrik tutup, toko sepatu Bata tetap ada. Hanya saja pemasok sepatunya bukan dari internal. Apakah dengan demikian riwayat Bata juga berada di ujung tubir? Belum tentu.

Dari sisi produksi, strategi Bata ini mirip yang dilakukan oleh Nike, Adidas, Puma dan sejenisnya. Mereka tidak memiliki pabrik. Semua proses produksi dialihkan pada pihak ketiga.

Mereka fokus pada desain dan beberapa bahan baku yang memang tidak dialihkan ke pihak ketiga. Nike, Adidas, Puma dan kawan-kawannya tidak bermain dalam heavy asset, namun lite asset.

Brand, desain, pemasaran dan jejaring yang mereka miliki. Sementara pabrik milik pihak ketiga.

Hal ini yang dilakukan Bata di Indonesia untuk menekan kerugian dan fokus pada lite asset.

Tinggal strategi pemasaran yang perlu diperbaiki secara radikal oleh Bata agar sukses melewati persaingan yang super riuh. Kita tunggu manajemen sepatu Bata bergerak. Sehingga seperti Rolling Stone, bergulir, menggulung pasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com