Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep, Bahan, hingga Aroma, Alasan Mengapa Niche Parfum Berbeda

Kompas.com - 15/06/2024, 14:24 WIB
Wisnubrata

Editor

Perlu diketahui, tingkat konsentrasi parfum yang berbeda memainkan peran penting dalam menentukan daya tahan dan kualitas keseluruhannya.

Umumnya parfum dihadirkan dalam kategori berikut:

  • Eau de Cologne: Dengan konsentrasi minyak wangi hanya 2-5%, Eau de Cologne dianggap sebagai bentuk parfum paling ringan. Biasanya aromanya bertahan sekitar dua jam sebelum menghilang.
  • Eau de Toilette: Mengandung konsentrasi minyak wangi sekitar 5-15%, eau de toilette menmberi aroma yang bertahan tiga hingga empat jam.
  • Eau de Parfum: Eau de Parfum (EdP) memiliki konsentrasi senyawa aromatik antara 10% dan 20% (tetapi biasanya 15%). Konsentrasi ini menjadi populer saat ini dan menjadi banyak pilihan pembuat parfum. Eau de parfum yang baik bisa bertahan wanginya 4-5 jam setelah disemprotkan ke tubuh.
  • Extrait de Parfum: Juga dikenal sebagai parfum extrait, elixir atau murni, kategori ini memiliki konsentrasi minyak wangi tertinggi sekitar 20-30%. Potensinya memungkinkannya bertahan di kulit hingga delapan jam atau bahkan lebih lama, tergantung pada faktor individu seperti kimia tubuh dan kondisi lingkungan.

Di luar itu, Terenzi juga menawarkan jenis attar, yatu minyak wangi pekat dengan bahan dasar alami. Parfum ini bebas dari alkohol dan tidak diencerkan. 

Baca juga: Mengenal Attar, Wewangian yang Harganya Mencapai Rp 1 Juta per Mililiter

Botol dan kemasan

Banyak perhatian diberikan untuk meningkatkan daya tarik parfum melalui penampilan dan kesan luar biasa. Kebayakan brand parfum niche menjadikan botolnya sebagai karya seni tersendiri di luar wangi parfumnya.

Parfum berkelas cenderung terasa berat di tangan dan terlihat cantik di meja rias. Beberapa brand bahkan merancang botolnya secara khusus menggunakan logam dan batu mulia selain kaca.

"Kami sangat menghargai kualitas. Dalam kreasi kami, setiap detail sangatlah penting. Bentuk botol pun dipelajari agar saling melengkapi secara gaya, sehingga botol-botol tersebut dapat menjaga makna khusus,"ujar Paolo. 

Menurutnya, kisah wewangian harus mencerminkan bagaimana parfum tersebut diceritakan secara estetis. Tiziana, sebagai desainer, banyak memberi pengaruh pada kemasan brand ini. 

Koleksi Sea Star, misalnya, lahir sebagai hadiah dari Tiziana untuk ulang tahun Paolo yang ke-50. Intensitas laut dan semangat yang menjiwainya terkandung dalam koleksi ini.

Botol koleksi Sea Star menggambarkan kotak yang dibelit bintang laut warna emas, terinspirasi oleh laut dan pelayaran, termasuk dorongan, keberanian, kebebasan, dan cinta yang tak terbatas. 

"Memegang botol koleksi ini bukan sekedar kenikmatan bagi penciuman, namun merupakan pengalaman indrawi yang menyelimuti seluruh perasaan manusia dan berbicara dengan lembut kepada diri kita yang terdalam," kata Paolo.

Adapun Tiziana Terenzi adalah merek wewangian Italia milik keluarga Terenzi. Didirikan dengan nama Cereria Terenzi pada tahun 1968 di Cattolica, dalam ruangan seluas 16 meter persegi, mereka awalnya membuat lilin. 

Pendirinya, Evelino Terenzi, melanjutkan pekerjaan ayahnya, Guglielmo, yang bersama istrinya Luigia Mancini, merupakan pembuat lilin.  

Evelino mendirikan laboratorium pengrajin di sebuah ruangan kecil di rumah, yang kemudian menjadi cikal bakal merek parfum hingga saat ini. Anak Evelino Terenzi, Tiziana dan Paolo kini menjadi pemilik merek tersebut. Tiziana Terenzi adalah desainernya, sedangkan Paolo Terenzi adalah parfumer dan presiden perusahaan. 

Brand Tiziana Terenzi memiliki setidaknya 106 parfum dengan edisi paling awal dibuat pada tahun 2012 dan terbaru pada tahun 2024 --koleksi terbaru mereka yang bertema gunung berapi diperkenalkan pertama kali di Indonesia saat pembukaan butik Tiziana Terenzi di pondok Indah Mal 2. Saat ini koleksi baru tersebut belum dipasarkan.  

Parfum dari Tiziana Terenzi bisa dibilang tidak biasa, mengingat sang parfumer, Paolo Terenzi adalah orang yang sangat tidak konvensional. Ia adalah musisi profesional dengan gelar sarjana hukum dan filsafat, namun suka mempelajari kimia dan fisika, sekaligus seorang penyair. 

Paolo sangat berbakat dalam meracik parfum, sekaligus pendongeng yang menawan. Filosofinya adalah "menciptakan keindahan". Seni dan keindahan itulah yang diterjemahkan ke dalam wewangian. 

Dalam kreasinya Paolo memilih bahan-bahan baku alami, yang ia temukan sumbernya sendiri di seluruh dunia dalam banyak perjalanannya. Di “perpustakaan aroma-nya”, ia fokus pada 200-300 notes paling berharga yang ia kombinasikan sendiri untuk menciptakan komposisi yang kaya, kompleks dan unik. 

Sedangkan Tiziana adalah seorang guru seni dan desainer. Kecintaannya akan “keanggunan dan keindahan" diungkapkan dalam detail artisanal di botol dan kemasan parfumnya. Ia kerap menggunakan emas 24 karat dalam detail botolnya, kayu atau tutup dari kayu langka Italia, serta potongan kulit Italia yang dijahit rapi. 

Koleksi Tiziana Terenzi selalu mengambil inspirasi dari perjalanan, emosi, dan dari pengalaman hidup, yang  ditransformasikan ke dalam wewangian.

Baca juga: Elixir dengan Eau de Parfum, Apa Bedanya?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com