Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Korban Mom-Shaming Akhirnya Berani Melawan...

Kompas.com - 05/07/2024, 16:16 WIB
Nabilla Ramadhian,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian dari Health Collaborative Center (HCC) mengungkapkan, 72 persen atau tujuh dari 10 ibu di Indonesia mengalami mom-shaming. Dari 72 persen itu, hanya 23 persen yang berani melawan.

Ketua HCC Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH. mengungkapkan, alasan seorang ibu berani melawan mom-shaming adalah faktor pelindung.

"Dia berani melawan ketika tahu ada satu protective factor yang mendukung. Contohnya entah suami yang paling dekat, atau teman kerja," ujar dia di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Baca juga: 2 Penyebab Korban Mom-Shaming Tidak Berani Melawan

Mom-shaming adalah tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu terkait cara dia membesarkan anaknya.

Biasanya, kritik yang dituturkan tidak membangun dan justru berdampak pada kesehatan fisik dan mental ibu.

Dalam penelitian yang sama, terungkap bahwa teman kerja bisa menjadi pelindung ibu dari mom-shaming.

Sebab, hanya 29 dari 72 persen ibu mengalami mom-shaming dari teman di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja.

Dengan kata lain, dari lingkup pekerjaan, proteksi ibu dari mom-shaming relatif lebih tinggi.

Ray menduga, ini karena tempat kerja para responden memiliki aturan agar para karyawan tidak saling menghina, dalam hal ini mencakup mom-shaming.

Kendati demikian, ketika ibu kembali ke lingkungan tempat tinggal, proteksinya terhadap mom-shaming kembali menurun.

Sebab, sebanyak 53 persen atau lima dari sepuluh ibu di Indonesia mengalami mom-shaming dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Baca juga: Pelaku Mom-shaming di Indonesia Sebagian Besar dari Keluarga

Lebih rinci, sebanyak 50,6 persen dari responden mengalami mom-shaming justru dari anggota keluarga.

"Ketika balik ke lingkungan tempat tinggal, ketemu kerabat atau tetangga, gede lagi tekanannya,” terang Ray.

"Teman kerja itu dukungannya besar sekali. Kalau rekan kerja bisa asertif, maka dia akan bilang "jangan lakukan mom-shaming dan parenting adalah subyektif" (ke pelaku)," lanjut dia.

Sebagai informasi, penelitian HCC berlangsung sejak Maret 2024 dan melibatkan 892 ibu di Indonesia sebagai responden.

Masing-masing partisipan cukup beragam perihal pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, status pernikahan, dan jumlah anak.

Studi mengungkapkan, dampak mom-shaming signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional ibu.

Pasalnya, para pelaku atau aktor mom-shaming berasal dari lingkungan inti mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal.

Baca juga: Cara Mendukung Pola Asuh Ibu agar Tidak Dianggap Mom-Shaming

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com