Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentuk Mom-Shaming yang Marak di Indonesia, Termasuk Komentari Pola Asuh Anak

Kompas.com - 02/07/2024, 14:14 WIB
Nabilla Ramadhian,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ada beragam bentuk mom-shaming yang terjadi pada ibu di Indonesia, termasuk komentar soal pola asuh mereka terhadap anak-anaknya.

Adapun, mom-shaming adalah tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu terkait cara dia membesarkan anaknya.

Biasanya, kritik yang dituturkan tidak membangun dan justru berdampak pada kesehatan fisik dan mental ibu.

Mom-shaming bisa terjadi dalam berbagai bentuk, seperti komentar tentang pilihan menyusui atau cara mendisiplinkan anak,” ujar Ketua Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH. di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Baca juga: Pelaku Mom-shaming di Indonesia Sebagian Besar dari Keluarga

Ia melanjutkan, bentuk mom-shaming lainnya yang dialami ibu di Indonesia adalah keputusan mereka untuk bekerja atau tinggal di rumah, dan aspek lainnya dari pengasuhan anak.

Misalnya saja, komentar berkedok pertanyaan tentang kondisi fisik anak seperti “Kok anaknya kurus banget sih?”. Banyak ibu yang menganggap hal tersebut sebagai mom-shaming.

Temuan ini berdasarkan studi terbaru HCC yang berlangsung sejak Maret 2024 dan melibatkan 892 ibu di Indonesia sebagai responden.

Masing-masing partisipan cukup beragam perihal pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, status pernikahan, dan jumlah anak.

Ray melanjutkan, ada lima tema dominan dalam bentuk mom-shaming. Pertama adalah metode pengasuhan.

“Yang paling sering adalah ketika anak sakit. Ketika anak sakit, ibu adalah pihak yang pertama kali disalahkan. Dan ini topik mom-shaming yang sangat serius dan tidak disukai ibu,” ujar dia.

Ketika anak sakit, para pelaku mom-shaming sering melontarkan pertanyaan seperti “Kamu ngapain saja sih? Ini (anak) bagaimana sih, ini enggak diurus ya?” dari lingkungan keluarga.

Baca juga: Kenali Mom-Shaming, Fenomena yang Terjadi pada Ibu di Indonesia

Kedua adalah cara ibu memberi makan. Menurut para pelaku mom-shaming, anak yang kurus disebabkan oleh pemberian makan yang salah oleh ibunya.

“Kalau anak kurus, pasti ibunya salah kasih makan. Tujuh dari sepuluh ibu merasa, kalau sudah ngomong anak mereka kurus, pasti salah mereka,” tutur Ray.

Bentuk mom-shaming lainnya mencakup penampilan fisik para ibu usai melahirkan, keputusan ibu untuk tidak menyusui anaknya, serta keputusan ibu untuk bekerja ketika anaknya masih kecil.

Sebagai informasi, penelitian dari HCC mengungkapkan, 72 persen atau tujuh dari sepuluh ibu di Indonesia mengalami mom-shaming.

Dampaknya signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional mereka. Pasalnya, para pelaku atau aktor mom-shaming berasal dari lingkungan inti mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal.

Baca juga: 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom-Shaming, Pelaku Sering dari Keluarga

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com