Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritisi Pola Asuh Ibu terhadap Anak Masuk Kategori Mom-Shaming?

Kompas.com - 04/07/2024, 11:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak dapat dipungkiri bahwa beberapa orang akan mengkritisi cara seorang ibu mengasuh anaknya, terutama ketika apa yang dilakukan ibu dianggap "salah".

Padahal, belum tentu apa yang dilakukan salah. Akibatnya, ibu yang mendengar kritik tersebut merasa kurang percaya diri dengan pola pengasuhannya.

Ketua Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH. mengatakan, ini sudah termasuk tindakan mom-shaming.

Baca juga: Bentuk Mom-Shaming yang Marak di Indonesia, Termasuk Komentari Pola Asuh Anak

"Peran ibu dalam pengasuhan anak itu tidak boleh dikritik karena pengasuhan anak itu subyektif," ungkap dia di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Mom-shaming adalah tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu terkait cara dia membesarkan anaknya.

Biasanya, kritik yang dituturkan tidak membangun dan justru berdampak pada kesehatan fisik dan mental ibu.

Menurut Ray, setiap ibu harus didukung dalam mengasuh anaknya. Model kritik apapun, terutama yang mempermalukan ibu, adalah mom-shaming.

"Tidak ada yang namanya kritik membangun dalam pengasuhan. Pengasuhan itu cuma satu, diberi dukungan," tegas Ray.

Pola asuh bersifat subyektif

Ray menjelaskan, ada kaitan antara kritik terhadap pola asuh anak dengan budaya di Asia yang memiliki sistem superioritas.

Sebagai contoh, seorang suami dan istri tumbuh menjadi individu seperti saat ini karena diasuh oleh orangtua masing-masing.

Karena berhasil tumbuh sampai dewasa dan berkeluarga, orangtua menganggap bahwa pola pengasuhan mereka benar.

Jadi, mereka dianggap sepatutnya mendengarkan apa yang disampaikan orangtua mereka perihal pengasuhan anak mereka.

"Modelnya adalah kritik karena "kita sudah benar dulu, kamu enggak benar". Itu yang terjadi di budaya Asia, di Indonesia," ujar Ray.

Baca juga: Kenali Mom-Shaming, Fenomena yang Terjadi pada Ibu di Indonesia

Padahal, terkait pengasuhan anak, hal tersebut bersifat subyektif karena setiap anak berbeda-beda.

Bahkan, dilihat dari susunan DNA pun setiap anak memiliki satu set kromosom yang berbeda-beda yang terbentuk dari masing-masing orangtuanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com