Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mendukung Pola Asuh Ibu agar Tidak Dianggap Mom-Shaming

Kompas.com - 04/07/2024, 12:18 WIB
Nabilla Ramadhian,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH. menuturkan, segala bentuk kritik terhadap pola asuh seorang ibu terhadap anaknya termasuk mom-shaming.

Mom-shaming adalah tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu terkait cara dia membesarkan anaknya.

Biasanya, kritik yang dituturkan tidak membangun dan justru berdampak pada kesehatan fisik dan mental ibu.

Namun, ia tidak menampik ada orang-orang yang menganggap bahwa "kritik" yang mereka sampaikan adalah sebuah bentuk dukungan kepada ibu.

"Kritik apa pun bisa dikategorikan sebagai mom-shaming. Sebaiknya, sekeras apa pun kritik, (tetapi) dalam bentuk support. (Misalnya) "Ya sudah, saya bisa bantu apa?," jelas Ray di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Menurut Ray, yang perlu dipikirkan secara bersama oleh masyarakat Indonesia adalah bagaimana cara mengemas kritik menjadi dukungan.

Sebab, pengasuhan anak bersifat subyektif lantaran setiap anak berbeda-beda. Jadi, yang dibutuhkan seorang ibu adalah dukungan, bukan kritikan.

"Jadi, perlu untuk mengganti frasa dan persepsi. Persepsi orangtua, tetangga itu kan, 'kamu harus nerima kritik'. Itu salah. Pengasuhan tidak bisa dikritik, tapi di-support," tutur Ray.

Baca juga: Kritisi Pola Asuh Ibu terhadap Anak Masuk Kategori Mom-Shaming?

Kenapa tidak bisa dikritik

Ray menjelaskan, ketika seseorang mengkritisi sesuatu, kritik yang disampaikan biasanya berdasarkan pengalaman.

Pelaku mom-shaming mengkritisi menggunakan referensi ketika ia membesarkan anak, atau melihat cara tetangga mengasuh anaknya.

Akan tetapi, setiap pengalaman mengasuh anak berbeda-beda pada setiap orang. Ray kembali menyoroti bahwa setiap anak berbeda-beda. Jadi, penanganan pun berbeda.

Namun, bagaimana jika kritik yang disampaikan berdasarkan pengetahuan yang sudah divalidasi?

Misalnya, seorang ibu memberi makan pisang kepada anaknya yang berusia di bawah enam bulan.

Untuk diketahui, menurut panduan nasional, pisang baru bisa diberikan kepada bayi pada umur enam bulan ke atas. Hal tersebut termasuk MP ASI (Makanan Pendamping ASI).

"Itu salah, tapi bisa jadi itu karena faktor ekonomi, dan lain-lain. Yang bisa dilakukan apa? Jangan dikritik," kata Ray.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com