Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Ibu di Indonesia Mudah Terpengaruh dengan Mom-Shaming

Kompas.com - 03/07/2024, 07:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Studi mengungkapkan, sebanyak 72 persen atau tujuh dari 10 ibu di Indonesia mengalami mom-shaming.

Tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu terkait cara dia membesarkan anaknya itu memengaruhi kesehatan mental, fisik, dan kehidupan sosial ibu.

Temuan ini berdasarkan studi terbaru Health Collaborative Center (HCC) yang berlangsung sejak Maret 2024 dan melibatkan 892 ibu di Indonesia sebagai responden.

Masing-masing partisipan cukup beragam perihal pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, status pernikahan, dan jumlah anak.

Baca juga:

Ketua HCC Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH. mengungkapkan alasan para responden terpengaruh dengan tindakan itu.

Bahkan, 60 persen di antaranya sampai mengubah perilaku atau pola asuh berdasarkan “kritikan” yang diterima.

"Karena, justru aktor (mom-shaming) dari anggota keluarga. Proteksinya kecil banget,” ujar dia di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Sementara dari lingkup pekerjaan, proteksi ibu dari mom-shaming relatif lebih tinggi.

Ray menduga, ini karena tempat kerja para responden memiliki aturan agar para karyawan tidak saling menghina, dalam hal ini mencakup mom-shaming.

Kendati demikian, ketika ibu kembali ke lingkungan tempat tinggal, proteksinya terhadap mom-shaming kembali menurun.

"Ketika balik ke lingkungan tempat tinggal, ketemu kerabat atau tetangga, gede lagi tekanannya,” terang Ray.

Baca juga:

Lebih rinci, sebanyak 50,6 persen dari responden mengalami mom-shaming dari anggota keluarga, 29 persen mengalami mom-shaming dari teman di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja, dan 6 persen dari media sosial.

Ray melanjutkan, ibu yang mengalami mom-shaming dua kali lebih berisiko untuk menjadi terganggu pola pengasuhan terhadap anaknya.

Hal itu menjawab temuan mengapa 60 persen ibu memutuskan untuk mengganti pola asuh mengikuti mom-shaming yang diterima.

Sementara sebagian ibu yang mendapatkan bantuan konseling dua kali lebih besar melawan mom-shaming.

“Dari sini, penting banget dukungan, baik dari konseling atau keluarga, untuk mendukung ibu. Kalau ibu kena mom-shaming dan tidak mendapat dukungan, dia tiga kali lebih besar untuk mom-shaming ibu lain,” ucap Ray.

"Proteksi terhadap mereka berkurang secara signifikan karena aktor pelindung menjadi pelaku (mom-shaming). Seharusnya, dari teman, keluarga, dan tempat tinggal, mereka menjadi protektor. Tapi malah menjadi pelaku,” lanjutnya.

 
 
 
Sieh dir diesen Beitrag auf Instagram an
 
 
 

Ein Beitrag geteilt von KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com