Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Perjuangan Penyandang Disabilitas Menerima Diri

Kompas.com - 03/07/2024, 16:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Valentine Sagunda Nur F, Gabi Manuru Rasai Tumcala, Sahla Ikhlasul Luthfiyah, Tita Aulia Ariyanti, dan P. Tommy Y. S. Suyasa*

APA yang terpikirkan pertama kali di benak kita ketika bertemu penyandang disabilitas? Tak sedikit penyandang disabilitas dipandang sebagai individu yang memiliki keterbatasan, yang tidak mampu melakukan berbagai hal.

Pemikiran tersebut tidak benar. Individu dengan keterbatasan fisik tetap memiliki kemampuan, bahkan dapat menghasilkan prestasi gemilang melebihi individu yang secara fisik dianggap sempurna.

Kita dapat melihat banyak penyandang disabilitas fisik di Indonesia yang memiliki prestasi gemilang, antara lain Putri Ariani (Penyanyi), Mochamad Nur Ramadhani (Dokter), dan Andre Genta Senjaya (Visioner).

Seperti apa kisah perjuangan mereka? Mari kita simak.

Putri Ariani atau lengkapnya Ariani Nisma Putri lahir pada 31 Desember 2005, di Bangkinan, Riau. Penyanyi terkenal tersebut merupakan penyandang disabilitas penglihatan sejak kecil.

Keterbatasan yang dimiliki Putri tidak mengurungkan niatnya menjadi penyanyi.

Bermula pada 2014, Putri mengikuti Indonesia's Got Talent (IGT); tidak disangka ia menjadi pemenang juara pertama.

Setelah itu pada 2016, Putri mengembangkan karier sebagai penyanyi dengan mengikuti The Voice Kids Indonesia.

Pada 2018, ia diundang untuk tampil di acara pembukaan Asian Para Games 2018. Puncaknya pada 2023, Putri mengikuti America's Got Talent 2023 dan mendapatkan golden buzzer dari seorang juri terkenal, Simon Cowell.

Sejak itu, Putri menjadi terkenal hingga kancah internasional. Sekarang, Putri Ariani lebih dikenal sebagai public figure.

Menurut Putri, masa kegelisahan dapat dilalui oleh setiap orang, asalkan bersedia untuk selalu berpikir positif.

Pada berbagai acara penghargaan, Putri memberikan motivasi kepada setiap orang, khususnya bagi yang memiliki keterbatasan.

“Teman-teman difabel harus terus berkarya dan jangan pernah menyerah. Kita harus semangat dan optimistis, jangan pernah merasa tidak sempurna, karena Allah menciptakan setiap hambanya itu punya kesempurnaan masing-masing dengan cara kita sendiri,” kata Putri.

Mochamad Nur Ramadhani, dokter gigi disabilitas lulusan Unpad yang lolos beasiswa LPDP ke Jerman. DOK. LPDP Mochamad Nur Ramadhani, dokter gigi disabilitas lulusan Unpad yang lolos beasiswa LPDP ke Jerman.
Penyandang disabilitas fisik lainnya, Mochamad Nur Ramadhani, yang saat ini berprofesi sebagai dokter gigi. Dhani, panggilan akrabnya, lahir di Bandung pada 1 Maret 1993.

Awalnya Dhani memiliki kondisi tubuh lengkap. Namun di usia 14 tahun, karena kanker yang menyerangnya, Dhani menjalani operasi amputasi pada bagian ujung kaki sampai sebatas paha kaki kanannya.

"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat," kata Dhani.

Perjalanan Dhani tidak mudah, mulai dari sedikitnya universitas yang dapat menerima penyandang disabilitas dan berlanjut untuk kuliah di luar negeri dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Hal-hal tersebut tetap Dhani lewati dengan penuh ambisi. Dengan keterbatasan tersebut, Dhani tidak menyerah hingga meraih gelar Master of Science in International Health di Universitas Humboldt, Berlin, Jerman pada 2022.

Andre Genta SenjayaIG @andregentasenjaya Andre Genta Senjaya
Demikian pula Andre Genta Senjaya atau biasa disapa kak Andre, seorang penyandang disabilitas fisik di bidang non-akademik.

Andre lahir pada 20 Januari 1996, secara prematur pada usia 6,5 bulan. Karena terkena hipoksia (kurang oksigen), kemudian ia didiagnosa mengidap cerebral palsy, dengan kondisi kaku di kedua kakinya.

Saat awal perjalanan hidupnya, Andre selalu mempertanyakan “mengapa aku/why me?”, “mengapa harus aku yang begini?”

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com