Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Membiarkan Bayi Menangis Berdampak Buruk pada Psikologisnya

Kompas.com, 5 Agustus 2024, 22:24 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

TANGERANG, KOMPAS.com - Beberapa orang menganggap, membiarkan bayi terus-terusan menangis dapat memperkuat paru-parunya.

Akan tetapi, hal tersebut sebenarnya tidak perlu dilakukan, lantaran dapat memengaruhi psikologisnya.

"Secara psikologis, anak itu merasa ditinggalkan," papar psikolog di Mykidz Clinic Gloria Siagian M.Psi. di Gramedia World BSD, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Jangan Tunggu Bayi Menangis untuk Beri ASI, Ini Sebabnya

Faktor lain misalnya karena ibu masih merasakan lelahnya melahirkan. Selain tenaga yang terkuras karena proses melahirkan, waktu tidur juga berkurang karena bayi baru lahir terus menangis.

Belum lagi, ibu-ibu yang melahirkan secara caesar masih merasakan sakit, meski proses melahirkan sudah berlalu selama beberapa bulan.

"Emosinya tidak stabil dan bisa memengaruhi anak. Anak menangis, tapi ibunya sudah capek. Akhirnya, anak dicuekin begitu saja, dibiarkan menangis," kata Gloria.

Anak bisa merasa ditinggalkan, karena sebelumnya ia selalu bersama ibu, meski di dalam perut.

Selama berada di dalam perut ibu, anak merasakan kehangatan. Tubuhnya juga seperti diayun setiap kali ibu bergerak.

Kemudian, bayi harus keluar dari perut ibu. Saat keluar, ia hanya bisa menangis sebagai bentuk komunikasi kepada orangtuanya.

Kondisi ini bisa berlanjut berbulan-bulan, sampai anak akhirnya belajar bicara.

"(Saat belum bisa bicara) mau bilang enggak enak, enggak nyaman, lapar, sudah pipis dan pokoknya basah, tapi keluarnya tangisan," Gloria berujar.

"Bayangkan, kalau kita lagi nangis dan merasa lapar, terus dicuekin. Bisa stres dan sedih karena merasa enggak ada yang peduli," imbuh dia.

Baca juga: Jangan Tunggu Bayi Menangis untuk Beri ASI, Ini Sebabnya

Oleh karena itu, ayah dan ibu sebaiknya tidak membiarkan bayi terus menangis. Cobalah untuk menenangkannya.

"Digendong dan dipeluk. Rasanya seperti sedang diayun oleh ayah dan ibunya, (mereka) perlu kedekatan fisik," kata Gloria.

Jangan sungkan minta bantuan

Mengurus anak bukanlah sesuatu yang mudah, terutama ketika mereka masih bayi karena kondisinya sangat rentan.

Untuk itu, ibu jangan pernah sungkan meminta bantuan kepada orang lain, termasuk suami dan orangtua.

"Kalau ada ibu yang bilang dia strong dan mau ngurus semuanya sendiri, jangan. Kalau ada bantuan, dibantu enggak apa-apa," ucap Gloria.

Selain itu, ibu juga harus memiliki waktu istirahat yang cukup, karena menghadapi bayi yang tak kunjung berhenti menangis membutuhkan banyak energi.

Baca juga: 10 Cara Menenangkan Bayi Menangis

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau