SukkhaCitta menggunakan pewarna alami, termasuk dalam koleksi terbarunya. Namun, Anastasia mengatakan, ada warna yang menjadi “anak emas” dari "a farm to closet" brand ini.
“Warna merah ini sebenarnya warna yang spesial banget. Karena kami pakai 100 persen pewarna alami, jadi semuanya datang dari tanaman. Untuk mendapatkan warna merah itu sebenarnya susah banget,” jelas Anastasia.
Pihaknya harus melakukan research and development (riset dan pengembangan) selama bertahun-tahun untuk mendapatkan warna merah pada PERTIWI Edit ini.
Warna merah yang diinginkan berhasil didapatkan setelah mengombinasikan tiga jenis kulit kayu. Inilah mengapa warna tersebut dinamai “Tree Bark Red”.
“Warna yang aku pakai dari kulit kayu, ini semuanya bukan hasil dari deforestasi. Kami bekerja sama dengan pabrik furnitur di sekitar desa. Kulit kayu biasanya enggak dipakai, jadi itu yang kami ambil,” tutur Anastasia.
Sementara untuk “Heirloom Brown”, warna coklat krem merupakan warna asli dari bunga kapas yang digunakan untuk menciptakan pakaian tersebut.
Baca juga:
Sebelumnya sempat disebutkan perihal “a farm to closet" brand. Anastasia menyematkan sebutan tersebut pada SukkhaCitta karena semua pakaian benar-benar dibuat dari hasil kebun, dengan koleksi PERTIWI Edit sebagai “anak baru”.
Menurut dia, hal tersebut merupakan langkah pihaknya dalam mewujudkan sustainable fashion demi keberlangsungan kehidupan di bumi.
“Itu enggak diwujudkan di PERTIWI Edit saja, sebenarnya di semua yang kami buat. Kami sebenarnya a ‘farm to closet’ brand. Dari kapasnya, pewarnanya, itu kami tanam sendiri, bekerja sama dengan komunitas petani di desa-desa,” terang Anastasia.
Saat ini, SukkhaCitta bekerja sama dengan lima desa di Indonesia. Dua desa berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di dekat Ambarawa dan Pekalongan. Kemudian di Jawa Timur, Bali, dan Flores, Nusa Tenggara Timur.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang