Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres Akut Bisa Ganggu Kesehatan Mental dan Fisik, Ini Penjelasan Psikolog

Kompas.com, 22 Oktober 2025, 20:05 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Jika dibiarkan, stres bisa berkembang menjadi stres akut yang berdampak serius, tidak hanya pada kondisi mental, tapi juga pada kesehatan fisik.

Psikolog Irma Gustiana menjelaskan, banyak orang yang datang ke psikolog dengan disertai keluhan fisik sebenarnya sedang mengalami stres yang tidak terselesaikan.

Baca juga:

“Kebanyakan klien aku yang butuh bantuan psikolog itu pasti ada gangguan ke kondisi fisik. Artinya, kondisi kesehatan mental itu sangat berpengaruh pada kesehatan badan,” ujar Irma dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird, di Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2025).

Stres akut dan burnout yang sering tak disadari

Stres akut tidak hanya bikin lelah pikiran, tapi juga bisa memicu gangguan fisik. Psikolog jelaskan kaitannya dan cara mencegahnya.FREEPIK Stres akut tidak hanya bikin lelah pikiran, tapi juga bisa memicu gangguan fisik. Psikolog jelaskan kaitannya dan cara mencegahnya.

Menurut Irma, stres akut sering muncul dari pola hidup yang terlalu memaksakan diri untuk terus produktif tanpa memberi jeda istirahat.

Ia menyebutkan, fenomena ini mirip dengan burnout, kondisi stres berkepanjangan yang membuat seseorang kehilangan motivasi dan semangat hidup.

Burnout itu sebetulnya stres berkepanjangan tapi kita enggak pernah ambil jeda dan istirahat. Jadi rasanya harus produktif terus dan siklus hidupnya terus monoton,” jelasnya.

Kondisi tersebut dapat membuat seseorang terus berada dalam tekanan tinggi, seolah tidak ada ruang untuk bernapas. Lambat laun, stres ini tidak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga mulai berdampak pada tubuh.

Baca juga:

Apa dampak stres akut pada kesehatan fisik?

Stres akut tidak hanya bikin lelah pikiran, tapi juga bisa memicu gangguan fisik. Psikolog jelaskan kaitannya dan cara mencegahnya.Dok. Unsplash/Resume Genius Stres akut tidak hanya bikin lelah pikiran, tapi juga bisa memicu gangguan fisik. Psikolog jelaskan kaitannya dan cara mencegahnya.

Irma menuturkan, banyak kasus stres yang berujung pada gangguan fisik serius.

“Beberapa klien aku itu datang dengan gerd yang parah, migran, vertigo, dan lain sebagainya. Sering kali itu adalah emosi yang terpendam lama dan tidak diakses,” katanya.

Menurutnya, tubuh memiliki cara sendiri untuk menunjukkan, seseorang sedang tidak baik-baik saja.

Ketika emosi terpendam terlalu lama tanpa saluran yang sehat, tubuh bisa bereaksi dengan cara membuat seseorang sakit secara fisik.

“Selama ini mereka ingin cerita tapi takut di-judge, tidak tahu mau cerita ke siapa, atau bingung kapan harus ke profesional,” tambah Irma.

Kondisi tersebut membuat stres semakin menumpuk dan akhirnya menimbulkan reaksi fisik yang lebih berat.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau