Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Merawat Ulos agar Tetap Awet dan Warnanya Tidak Cepat Pudar

Kompas.com, 6 Desember 2025, 16:05 WIB
Aliyah Shifa Rifai,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Ulos merupakan wastra bernilai tinggi yang dibuat melalui proses panjang dan penuh ketelitian. Maka dari itu, perawatannya tidak bisa disamakan dengan kain biasa.

CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria Pandjaitan, menjelaskan bahwa ada beberapa cara merawat ulos agar warnanya tidak cepat pudar dan seratnya tetap awet, terutama pada ulos yang menggunakan pewarna alami.

Baca juga: 6 Tantangan Melestarikan Tenun Batak ke Generasi Muda Menurut TobaTenun

5 cara merawat ulos agar tetap awet

1. Tidak perlu sering dicuci

Menurut Kerri, ulos sebenarnya tidak dianjurkan untuk sering dicuci. Perawatan terbaik adalah mengangin-anginkan kain tersebut di tempat teduh. Cara ini membantu menyegarkan ulos tanpa merusak warnanya.

“Memang kalau kain sebenarnya enggak boleh banyak dicuci, lebih di angin-anginin. Kita enggak rekomen terlalu banyak dicuci, apalagi kain,” katanya saat ditemui dalam acara MAULIATE di Sopo Del Tower, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).

Kerri mengatakan banyak orang datang bertanya bagaimana cara mencuci ulos, dan ia selalu menekankan pentingnya menghindari frekuensi pencucian yang terlalu sering. 

Bila pencucian memang diperlukan, barulah digunakan sabun khusus seperti sabun batik yang lebih lembut dibandingkan detergen biasa.

Baca juga: Mengenal Ulos Tumtuman dan Sadum, Dua Wastra dengan Teknik Jungkit

2. Cuci dengan tangan dan minim bahan kimia

Kerri menegaskan bahwa ulos harus selalu dicuci dengan tangan. Mesin cuci berpotensi merusak serat dan membuat motif cepat berubah bentuk. 

Ia juga mengingatkan agar penggunaan sabun sangat minimal, sekadar cukup untuk membersihkan, tanpa bahan kimia kuat yang dapat mengikis warna.

“Definitely harus hand wash semua, very minimum chemical dan sabun,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kain tenun, terutama ulos, memerlukan perlakuan lembut karena proses pembuatannya sendiri sangat panjang dan rumit.

Baca juga: Menjaga Tradisi, Membuka Inovasi: Cara Ulos Dekat dengan Generasi Muda

3. Hindari paparan matahari langsung

Ulos yang menggunakan pewarna alam sangat sensitif terhadap cahaya matahari. Paparan yang terlalu kuat memungkinkan warna pada ulos jadi cepat memudar.

Oleh sebab itu, penjemuran sebaiknya dilakukan di tempat teduh, bukan langsung di bawah sinar matahari.

“Jangan terlalu banyak matahari, apalagi kalau warna alam karena warnanya akan pudar,” saran Kerri.

Baca juga: Tenun, Suara Perempuan yang Jadi Wajah Perlawanan Kebudayaan di NTT

4. Simpan di tempat kering dan tidak lembap

Kerri bercerita, dalam budaya Batak, banyak keluarga memiliki lemari khusus untuk menyimpan ulos agar tetap terjaga kualitasnya.

Menurut Kerri, ulos memang sebaiknya disimpan di tempat yang kering, tidak lembap, dan sedikit lebih sejuk. Kelembapan bisa menyebabkan ulos berjamur atau seratnya melemah.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau