KOMPAS.com - Olahraga lari saat ini semakin diminati. Penyelenggaraan lomba lari pun menjadi semakin sering daripada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, ketertarikan orang terhadap olahraga lari ternyata belum diimbangi dengan edukasi yang cukup.
Tak sedikit orang yang memaksakan diri ikut pada perlombaan akhirnya mengalami masalah kesehatan. Mulai dari cedera, kelelahan, hingga kematian.
Untuk itu, penting bagi kita untuk memastikan diri kita berada pada kondisi kesehatan terbaik.
Ketua pelaksana ajang lari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), KedokteRAN 2019, dr. Jack Pradono Handojo, MHA menyebutkan beberapa penyakit dan kondisi yang sebaiknya diwaspadai sebelum mengikuti lomba lari.
Apa saja penyakit yang dimaksud?
1. Hipertensi
Calon peserta lomba lari harus memiliki "modal" sebelum menjalaninya. Misalnya, terbiasa berlatih lari jarak jauh dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelum mengikuti lomba lari.
Di samping itu, mereka yang berusia di atas 40 tahun dianjurkan untuk memeriksakan diri terlebih dahulu, terutama jika memiliki riwayat hipertensi.
"Hipertensi akan membebani jantung. Bukan tidak boleh lari, tapi dilihat apakah dia terkontrol," kata Jack di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Jika peserta tersebut memiliki hipertensi namun sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu sehingga penyakitnya terkontrol, maka dia boleh mengikuti lomba lari.
Sebab, lari sebetulnya membantu menurunkan tekanan darah. Hanya saja, peserta tidak dianjurkan lari dengan kondisi hipertensi.
Baca juga: Manfaat Olahraga untuk Orang Hipertensi dan Pilihannya
2. Masalah paru-paru
Jack menjelaskan, organ utama yang terlibat ketika seseorang berlari adalah jantung, paru-paru dan otot. Maka paru termasuk organ yang memerlukan perhatian khusus.
Ketika seseorang memiliki asma yang terkontrol sehingga sudah sangat jarang kumat maka sebetulnya mereka bisa ikut lomba lari.