KOMPAS.com - Menghadapi kucing agresif yang mendesis, menggeram, menjerit, bahkan mencakar dan menggigit mungkin dapat menimbulkan teror bagi sebagian orang, terutama orang-orang yang tidak paham bagaimana menangani kucing agresif.
Namun, ketahuilah bahwa perilaku agresif kucing tidak muncul tanpa alasan. Selalu ada tanda peringatan dan penyebab di balik perilaku agresif kucing.
Berikut tujuh penyebab perilaku agresif kucing dan cara menanganinya, seperti dilansir laman Catster.
Penulis blog kucing sekaligus anggota profesional Cat Writers ’Association, JaneA Kelley menuliskan, kucing yang kesakitan akan merespons dengan desisan dan erangan, terutama ketika area sensitifnya disentuh.
Baca juga: Memelihara Kucing Bikin Hidup Lebih Sehat dan Bahagia, Benarkah?
Kucingnya, Siouxsie, melakukan itu jika JaneA tidak sengaja menekan pinggulnya yang sakit.
Sentakan keras pada ekor juga, misalnya, bisa sangat menyakitkan bagi kucing.
Agresitivitas tersebut terutama terjadi jika rasa sakit yang dialami kucing disebabkan oleh penganiayaan fisik, seperti ditendang atau dipukul.
Kucing yang ketakutan akan merespons dengan bahasa tubuh yang jelas, ini terutama akan disadari oleh pengasuh kucing yang berpengalaman.
Respons tersebut adalah dia akan berputar ke samping dan menggembungkan ekor serta bulunya agar terlihat lebih besar.
Telinganya akan mendatar ke belakang, dia juga akan mendesis dan pupilnya membesar.
Mencoba mendekati kucing dalam keadaan tersebut berisiko menimbulkan reaksi agresif.
Baca juga: 6 Tips untuk Mencegah Kutu Kucing
Bukan karena kucing itu tidak menyukaimu, tetapi karena dia sedang berada di tengah-tengah reaksi panik.