KOMPAS.com – Meski lebih banyak orang yang memilih untuk pergi ke dokter saat jatuh sakit, tak sedikit yang mencobak melakukan pengobatan atau terapi alternatif.
Nah, salah satu terapi alternatif yang banyak dipilih orang adalah reiki.
Reiki adalah teknik penyembuhan asal Jepang yang mempromosikan relaksasi serta mengurangi tingkat stres dan kecemasan dengan sentuhan lembut.
Para praktisi reiki akan menggunakan tangan mereka untuk menyalurkan energi ke tubuh kita dan meningkatkan aliran dan keseimbangan energi guna mendukung penyembuhan.
Diyakini, reiki telah ada sejak awal tahun 1900-an dan dikembangkan oleh Mikao Usui.
Namanya sendiri terbentuk dari dua kata bahasa Jepang, yaitu “rei” yang berarti “universal,” dan “ki,” kata yang merujuk pada energi hidup vital pada makhluk hidup.
Kini, reiki telah digunakan di berbagai belahan dunia, termasuk di rumah sakit sebagai pelengkap terapi kesehatan.
“Reiki membantu penyembuhan dengan membantu seseorang agar memiliki energi seimbang, baik dari segi fisik, emosional, mental, dan spiritual,” ujar Reiki Master Victoria Bodner, LMT.
Terapi yang mempromosikan relaksasi, penurunan tingkat stres dan menghilangkan gejala untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan ini diyakini memiliki manfaat berikut:
Selain itu, beberapa penelitian membuktikan bahwa reiki dapat membuat seseorang merasa damai, tenang, aman, serta sehat dan sejahtera.
Jawabannya, tidak. Reiki sebaiknya tidak digunakan sebagai subtitusi untuk pengobatan yang memerlukan bantuan dokter atau psikoterapis.
Cara ini disarankan dipakai untuk melengkapi perawatan medis dan terapeutik lainnya serta meningkatkan efisiensi penyembuhan.
Namun, jika kita sudah sehat, terapi reiki dapat meningkatkan kemampuan kita untuk menangani stres dan berguna sebagai pencegahan.
Sebenarnya, reiki tidak terfokus pada suatu kondisi atau penyakit tertentu, karena pada dasarnya terapi ini dipakai untuk menyeimbangkan dan melancarkan aliran energi.
Namun, reiki diyakini dapat membantu menyembuhkan kanker, penyakit kronis, Infertilitas, masalah pencernaan, Parkinson, tekanan psikologis, termasuk depresi dan kecemasan, serta penyakit yang berhubungan dengan stres.