KOMPAS.com - Perdebatan mengenai keunggulan jam tangan mekanis (otomatis) dan jam tangan kuarsa (quartz) sudah terjadi sejak lama.
CEO merek jam tangan Bulova, Michael Benavente mengatakan, ada pepatah yang menyebutkan jika pemilik jam tangan kuarsa sangat mendambakan jam tangan mekanis.
Begitu kita sudah mempunyai jam tangan mekanis, maka bisa dipastikan kita akan menganggap jam tangan kuarsa tidak berharga.
Baca juga: Jam Tangan Favorit Nick Jonas, Harganya Lebih dari 15 Tahun Gaji
Namun menurut Benavente, semua ini adalah propaganda yang dilakukan watchmaker dari jam tangan mekanis karena merasa takut akan "ancaman" dari jam tangan kuarsa.
Perlu diketahui, sebelum teknologi kuarsa hadir ke dunia, orang hanya mengenal satu jenis jam tangan, yakni jam tangan mekanis atau otomatis.
Baru pada sekitar akhir era 1960-an, teknologi kuarsa pun muncul dibawa oleh pembuat jam yang rata-rata berasal dari Asia.
Hal ini menyebabkan pergolakan di industri jam tangan yang dikenal dengan sebutan revolusi kuarsa atau krisis kuarsa.
Jam tangan dengan teknologi kuarsa menggunakan motor elektrik melalui kristal kuarsa untuk menggerakkan penanda waktu.
Artinya, pembuat jam tidak memerlukan banyak bagian atau komponen untuk disematkan ke dalam jam tangan.
Baca juga: Bahan Logam Kuno di Jam Tangan Urwerk UR-100 Electrum
Dengan demikian, biaya produksi jam tangan kuarsa lebih murah dibandingkan jam tangan mekanis.
Ketika jam tangan kuarsa diproduksi secara massal dengan harga yang lebih murah, banyak pembuat jam tangan mekanis saat itu yang kebakaran jenggot.
Produsen jam tangan mekanis tetap bertahan dengan teknologi mekanis yang tradisional, tidak mau merangkul teknologi kuarsa yang lebih ekonomis.
Namun, tidak semua watchmaker yang kerap merilis jam tangan mekanis menolak mentah-mentah teknologi kuarsa.
Mesin kuarsa masih dipakai di beberapa model jam tangan yang diciptakan Omega, Grand Seiko, Breitling, Piaget, dan Longines.
Baca juga: Menunjukkan Fase Bulan, Ini Keistimewaan Jam Tangan Moonphase
Bahkan pembuat jam independen semacam Francois-Paul Journe tidak terpaku untuk mendesain jam tangan dengan mesin mekanis.