Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami "Deal Breaker", Pemicu Hancurkan Hubungan

Kompas.com - 05/05/2022, 10:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kalau ada tren di TikTok yang mengatakan, "Cinta tak selamanya indah" agaknya kalimat ini bisa dijadikan pegangan saat membina hubungan.

Tujuannya supaya kita tidak mudah terbuai dengan asmara dan menyadari bahwa ada banyak masalah yang siap mendera hubungan.

Sayangnya hal tersebut tidak disadari banyak pasangan karena mereka terlalu fokus pada kebaikan dan kelebihan si doi.

Jika masalah dibiarkan bisa saja hubungan kandas di tengah jalan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya deal breaker.

Baca juga: Punya Kepribadian yang Cocok dengan Pasangan Bikin Hubungan Langgeng

Deal Breaker adalah perilaku yang tidak dapat diterima yang bisa menghancurkan hubungan.

Waspadai deal breaker

Menurut studi yang diterbitkan di Science Direct pada tahun 2022, orang-orang bisa mengambil keputusan untuk bertahan atau meninggalkan hubungan jika menemukan deal breaker dalam diri pasangan.

Misalnya saja kebiasaan jorok, malas, tidak suka kebersihan, hingga punya selera humor yang buruk.

Hasil itu didapat peneliti setelah menjaring 1.585 responden dan menyimulasikan mereka sedang berada dalam suatu hubungan yang menjadi semakin serius.

Ketika hubungan mulai berkembang, di sini responden menemukan 17 poin keputusan.

Masing-masing poin akan menuntut responden belajar beberapa informasi baru tentang pasangan mereka.

Selanjutnya, mereka akan diminta untuk memilih tetap tinggal dalam hubungan atau pergi.

Keputusan yang diambil responden tentu bukanlah poin sembarangan karena menunjukkan munculnya deal breaker yang tidak diinginkan siapa pun dalam diri pasangan.

Baca juga: Faktor yang Bikin Hubungan dengan Pacar Baru Jadi Awet, Apa Saja?

Ingatlah bahwa deal breaker secara teoritis mewakili kriteria ketat yang harus dihindari oleh pasangan.

Apabila salah satu pasangan menemukan hal tersebut bisa jadi menunjukkan orang yang dicintainya kurang bisa diandalkan.

Kembali lagi ke studi, responden yang diminta untuk memutuskan berlanjut atau tidaknya hubungan tidak memperlakukan pasangannya yang memiliki deal breaker sebagai pemicu mutlak untuk mengakhiri hubungan.

Mungkin saja salah satu deal breaker yang kita tidak suka dari pasangan adalah kebiasaannya tampil acak-acakan.

Walau tidak sedap dipandang, responden umumnya memberi kesempatan untuk terus menjalin hubungan.

Mereka juga cenderung memilih belajar lebih banyak tentang calon pasangan alih-alih memperlakukan mereka sebagai biang kerok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com