Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami "Deal Breaker", Pemicu Hancurkan Hubungan

KOMPAS.com - Kalau ada tren di TikTok yang mengatakan, "Cinta tak selamanya indah" agaknya kalimat ini bisa dijadikan pegangan saat membina hubungan.

Tujuannya supaya kita tidak mudah terbuai dengan asmara dan menyadari bahwa ada banyak masalah yang siap mendera hubungan.

Sayangnya hal tersebut tidak disadari banyak pasangan karena mereka terlalu fokus pada kebaikan dan kelebihan si doi.

Jika masalah dibiarkan bisa saja hubungan kandas di tengah jalan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya deal breaker.

Deal Breaker adalah perilaku yang tidak dapat diterima yang bisa menghancurkan hubungan.

Waspadai deal breaker

Menurut studi yang diterbitkan di Science Direct pada tahun 2022, orang-orang bisa mengambil keputusan untuk bertahan atau meninggalkan hubungan jika menemukan deal breaker dalam diri pasangan.

Misalnya saja kebiasaan jorok, malas, tidak suka kebersihan, hingga punya selera humor yang buruk.

Hasil itu didapat peneliti setelah menjaring 1.585 responden dan menyimulasikan mereka sedang berada dalam suatu hubungan yang menjadi semakin serius.

Ketika hubungan mulai berkembang, di sini responden menemukan 17 poin keputusan.

Masing-masing poin akan menuntut responden belajar beberapa informasi baru tentang pasangan mereka.

Selanjutnya, mereka akan diminta untuk memilih tetap tinggal dalam hubungan atau pergi.

Keputusan yang diambil responden tentu bukanlah poin sembarangan karena menunjukkan munculnya deal breaker yang tidak diinginkan siapa pun dalam diri pasangan.

Ingatlah bahwa deal breaker secara teoritis mewakili kriteria ketat yang harus dihindari oleh pasangan.

Apabila salah satu pasangan menemukan hal tersebut bisa jadi menunjukkan orang yang dicintainya kurang bisa diandalkan.

Kembali lagi ke studi, responden yang diminta untuk memutuskan berlanjut atau tidaknya hubungan tidak memperlakukan pasangannya yang memiliki deal breaker sebagai pemicu mutlak untuk mengakhiri hubungan.

Mungkin saja salah satu deal breaker yang kita tidak suka dari pasangan adalah kebiasaannya tampil acak-acakan.

Walau tidak sedap dipandang, responden umumnya memberi kesempatan untuk terus menjalin hubungan.

Mereka juga cenderung memilih belajar lebih banyak tentang calon pasangan alih-alih memperlakukan mereka sebagai biang kerok.


Waspadai juga informasi negatif

Meskipun deal breaker tidak secara otomatis mematikan hubungan, informasi negatif umumnya memiliki efek kumulatif.

Ketika respoden menerima lebih banyak informasi negatif, mereka semakin mungkin untuk memutuskan hubungan.

Umumnya titik kritis untuk mengakhiri hubungan berkisar antara tiga dan empat informasi buruk.

Responden yang datang ke penelitian dengan banyak deal breaker ternyata ketahuan lebih cepat mengakhiri hubungan.

Mereka juga memilih menyudahi hubungan ketika mengetahui tentang deal breaker tertentu yang penting baginya.

“Orang biasanya menganggap deal breaker sebagai informasi yang sulit dan cepat yang akan membuat seseorang secara otomatis mengakhiri suatu hubungan," kata kandidat Ph.D dari Western Social Psychology, Nicolyn Charlot.

Kita mungkin memiliki rencana tentang bagaimana ingin mendekati hubungan yang baru, tetapi mengalami kesulitan untuk mempertahankannya.

Untuk diketahui, kebanyakan orang akhirnya mencapai titik puncak ketika jumlah deal breaker terakumulasi karena terlalu banyak untuk ditangani.

Yang penting adalah kita mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan yang tepat tentang masa depan hubungan kita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/05/100000820/memahami-deal-breaker-pemicu-hancurkan-hubungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke