Oleh: Rangga Septio Wardana dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Dalam dunia kerja, terkadang yang kita rencanakan tidak selalu berjalan dengan baik. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya sebuah kesalahan karena manusia bukanlah makhluk sempurna.
Sebagai manusia, membuat kesalahan adalah hal yang wajar. Namun, kita harus tetap mampu bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat. Salah satu bentuk tanggung jawab adalah meminta maaf.
Namun, tak semua orang bisa meminta maaf dengan baik. Untuk itu, melalui siniar Obsesif episode “Dilema Minta Maaf dalam Pekerjaan” dengan tautan akses bit.ly/ObsesifS8EP2, dibahas cara meminta maaf yang patut dihindari dan yang perlu dipraktikkan dalam dunia kerja.
Meminta maaf merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kesalahan yang dilakukan.
Ketika meminta maaf, kita perlu menggunakan bahasa yang tulus, disertai rasa penyesalan, dan kerendahan hati. Hindari penggunaan kalimat yang terkesan menyepelekan, seperti “Yaudah, iya maaf”.
Baca juga: Hidup Terasa Autopilot, Harus Bagaimana?
Permintaan maaf kosong seperti ini perlu dihindari karena terkesan tidak profesional. Meminta maaf dengan cara tersebut membuat kita terlihat tak tulus. Alih-alih seperti itu, kita harus menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.
Dengan menyadari dan mengakui kesalahan, kita bisa mengevaluasi diri. Dengan demikian, ini akan meminimalisasi tindakan yang sama secara berulang.
Permintaan maaf yang dilakukan secara berlebihan terkesan menjengkelkan, mengganggu alur komunikasi, dan akan mengalihkan fokus dari topik utama.
Selain itu, hal ini akan membuat orang hanya fokus pada perasaan kita, bukan terhadap kesalahan yang telah diperbuat.
Ketika melakukan permintaan maaf, kita perlu menunjukkan rasa penyesalan yang nyata. Dengan menunjukkan rasa penyesalan, artinya kita bertanggung jawab, tulus, dan berani mengakui kesalahan.
Contoh permintaan maaf yang tidak jelas adalah “Saya minta maaf karena semuanya jadi berantakan.”. Kalimat tersebut tidak memberi kesan penyesalan karena tak memberikan konteks jelas.
Dalam meminta maaf, coba gunakan bahasa yang sopan, nada normal, dan lugas. Sikap tersebut dapat menunjukkan bahwa kita ingin menyelesaikan masalah dengan serius.
Jika mampu, tawarkan pula solusi atau diskusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Ketika melakukan kesalahan, kita perlu segera evaluasi diri. Hindari mencari-cari alasan yang tidak masuk akal hanya untuk membela diri. Hal ini justru membuat kita jadi pribadi yang menyebalkan.