Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Ini 7 Bahaya Konsumsi Karbohidrat Berlebihan

Kompas.com, 25 Februari 2023, 08:00 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengonsumsi karbohidrat berlebihan bisa memberikan efek negatif pada tubuh.

Food and Drug Administration (FDA) AS merekomendasikan jumlah asupan karbohidrat tidak lebih dari 65 persen total kalori harian.

Sebagai gambaran, jika kebutuhan kalori kita di angka 2.000 kkal per hari, maka asupan karbohidrat yang disarankan sekitar 1.300 kkal atau sekitar 225 sampai 325 gram per hari.

Lebih dari itu, asupan karbohidrat bisa dikatakan berlebihan dan kita perlu mewaspadai efek buruk kelebihan karbohidrat di dalam tubuh.

Baca juga: Lemas hingga Mood Swing, 5 Tanda Tubuh Kekurangan Karbohidrat 

Bahaya kelebihan mengonsumsi karbohidrat

Makanan tinggi karbohidrat yang menyehatkan.iStockphoto/a_namenko Makanan tinggi karbohidrat yang menyehatkan.

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh.

Namun ketika jumlahnya terlalu berlebihan dalam jangka panjang, kita perlu berhati-hati karena mungkin risiko kesehatan sebagai berikut bisa kita alami.

Melansir laman Eatthis, berikut tujuh masalah kesehatan yang mungkin terjadi akibat berlebihan konsumsi karbohidrat.

1. Kelelahan

Seseorang yang mengonsumsi karbohidrat berlebihan bisa mengalami kelelahan dalam tingkat sedang sampai kronis.

Terlebih lagi, ketika makan terlalu banyak karbohidrat di siang hari. Kebiasaan yang satu ini bisa meningkatkan kadar glukosa dalam darah yang pada akhirnya membuat kita merasa kelelahan.

2. Berat badan bertambah

Mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat padat kalori seperti keripik, makanan yang dipanggang, pizza, minuman manis, koktail, dan kerupuk, jelas dapat menambah berat badan.

Ketika kita makan terlalu banyak karbohidrat olahan, banyak orang mengalami lonjakan insulin.

Pada gilirannya kondisi tersebut bisa memicu kenaikan berat badan karena tubuh kesulitan dalam mengelola kenaikan glukosa yang kemudian disimpan menjadi cadangan energi berupa lemak.

Pada sebuah studi di jurnal Clinical Chemistry, para peneliti di Harvard Medical School menganalisis data lebih dari 140.000 orang yang mengalami insulin tinggi setelah makan karbohidrat olahan dan menemukan hubungan yang kuat dengan massa tubuh yang lebih tinggi.

"Tampaknya sekresi insulin yang distimulasi oleh glukosa bersifat obesogenik," tulis David Ludwig, MD, ahli endokrinologi, dan profesor di Harvard Medical School, ilmuwan utama studi tersebut. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau