Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Perubahan suasana hati merupakan hal yang wajar ketika seseorang mengalami kejadian yang sedih atau gembira. Namun, perubahan suasana hati yang terjadi secara rutin dan drastis bisa menjadi tanda adanya masalah medis.
Perubahan suasana hati yang terjadi secara serius tak boleh dianggap sepele. Sebab, hal tersebut bisa terkait dengan masalah kesehatan mental. Orang dengan suasana hati yang mudah berubah secara ekstrem bisa terindikasi terkena borderline personality disorder.
Hal itu pun dijelaskan dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Bukan Mood Swing, Kenali Borderline Personality Disorder” dengan tautan akses dik.si/AnyJiwBPD, bersama dr. Dharmawan A. Purnama, PhD. Seorang Psikiater dan Founder Smart Mind Center Consulting.
Menurut situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diperkirakan ada satu hingga empat persen orang di dunia mengidap gangguan ini. Borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang adalah masalah kesehatan mental yang memengaruhi suasana hati hingga interaksi dengan orang lain.
Baca juga: Meditasi: Cara Ampuh Atasi Insomnia
Perubahan emosi dan suasana hati tersebut bisa berlangsung secara tiba-tiba dan impulsif. Kondisi ini bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya karena mood yang tak stabil, cemas berlebihan, dan sulit bersosialisasi.
Melansir Mayo Clinic, borderline personality disorder biasanya dimulai pada fase menuju dewasa. Kondisi ini pun bisa menjadi lebih buruk atau baik seiring bertambahnya usia.
Menurut situs NHS (National Health Service), borderline personality disorder kemungkinan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab gangguan kepribadian ini.
Seseorang dengan keluarga dekat yang memiliki riwayat borderline personality disorder berisiko lebih tinggi mengalami gangguan yang sama. Dengan kata lain, gangguan kepribadian ini dapat diturunkan secara genetik.
Pengidap gangguan ini bisa jadi mengalami perubahan struktur dan fungsi otak, terutama di area yang mengontrol impuls dan emosi. Namun, penelitian tak secara langsung menunjukkan perubahan tersebut sebagai faktor utama pemicu borderline personality disorder.
Peristiwa traumatis, seperti pelecehan atau kekerasan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami borderline personality disorder. Selain itu, komunikasi yang buruk dalam keluarga dapat meningkatkan risiko gangguan kepribadian ini.
Pengidap gangguan kepribadian ini dapat mengalami perubahan suasana hati secara mendadak. Selain itu, emosi, seperti marah, takut, cemas, benci, dan kesedihan, bisa tak terkendali.
Baca juga: Melamun Berlebihan? Waspada “Maladaptive Daydreaming”
Pengidap gangguan ini mungkin bisa sampai marah atau menyerang orang lain dan kesulitan menenangkan dirinya sendiri.
Umumnya, pengidap gangguan ini akan merasakan takut ditinggalkan secara berlebih. Mereka tak nyaman sendiri, takut dengan penolakan, hingga ditinggalkan orang lain.
Bahkan, pengidap gangguan kepribadian ini bisa nekat untuk melacak keberadaan orang terdekat atau mencegah orang tersebut pergi.