Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2023, 20:29 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah rokok pada anak-anak di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Sebab, ini tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan secara fisik tetapi juga kesehatan mental.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi perokok anak terus naik setiap tahunnya.

Pada tahun 2013, prevalensi perokok anak mencapai 7,2 persen, kemudian naik menjadi 8,8 persen di tahun 2016. Lalu, tahun 2018 meningkat 9,1 persen dan tahun 2019 menjadi 10,7 persen.

Dalam diskusi publik bertajuk "Mewujudkan Lingkungan yang Sehat dan Aman untuk Anak", Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) pun memaparkan temuan terbarunya mengenai anak-anak dan kecanduan terhadap rokok.

"Jadi penelitian terbaru kami menunjukkan, lebih dari 60 persen anak mengalami relapse atau kekambuhan ketika mereka berusaha mencoba untuk berhenti merokok."

Demikian penuturan Ketua PKJS UI, Aryana Satrya, di Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Menurut Aryana, hal tersebut membuktikan rokok sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kecanduan yang lebih tinggi pada anak.

"Beberapa studi kami pun menemukan, anak yang mengalami gizi buruk atau stunting berada pada keluarga-keluarga miskin, yang pengeluarannya lebih banyak untuk rokok."

"Selain itu, pada penelitian kami memperlihatkan bagaimana peran teman sebaya dan harga rokok yang murah menjadi pengaruh besar bagi anak merokok," jelasnya.

Untuk itu, melalui studi yang dilakukan oleh PKJS UI, Aryana berharap angka perokok anak bisa ditekan, paling tidak mendekati 8,7 persen sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Perokok remaja dan pencegahannya

Sementara itu, Ketua Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), Hasbullah Thabrany mengungkapkan, peningkatan konsumsi rokok saat ini dimulai pada anak-anak usia remaja.

"Anak-anak sekolah kelas 7 hingga 9 SMP sudah mulai merokok dan itu memang menjadi sasaran tembak industri rokok," katanya.

"Karena jika anak-anak sudah merokok sejak dini, maka kemungkinan besar mereka akan ketergantungan dengan rokok sampai dewasa."

"Jadi mereka akan menghabiskan waktu merokok 30-40 tahun ke depan. Itu sangat menguntungkan bagi industri rokok," terangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com