Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emosi Positif Vs Emosi Negatif, Harus Ditumpahkan atau Ditahan?

Kompas.com - 04/10/2023, 13:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Ada seorang ayah yang terlihat ceria, hangat, dan ramah. Dia tersenyum lebar dan penuh energi, emosinya benar-benar menular, dan membuat setiap orang di sekitarnya merasa terhubung. 

"Keesokan harinya, kami tidak bisa berhenti berbicara tentang kegembiraan itu, dan dampak positif yang ditimbulkannya pada kami."

"Meskipun kami baru saja bertemu dengannya untuk pertama kalinya, kami merasa telah mengenal pria yang menyenangkan ini lebih lama."

"Bahkan, kami saling bertukar informasi dan berencana untuk bertemu di kemudian hari."

Demikian kesaksian Dr. James Pawelski, Ph.D, seorang Profesor praktik dan Direktur Pendidikan di Pusat Psikologi Positif di University of Pennsylvania, AS.

Pawelski juga ikut mendirikan Program Magister Psikologi Positif Terapan pertama di dunia, bersama Martin Seligman.

Baca juga: Isu PHK Marak, 6 Cara Kelola Emosi agar Tak Terjebak Layoff Anxiety

Kini Pawelski bersama sang istri, Suzann Pileggi Pawelski, MAPP, mengupas soal pelampiasan emosi.

Suzann adalah konsultan kesejahteraan, dan pembicara internasional dalam ilmu pengetahuan tentang kebahagiaan dan pengaruhnya terhadap hubungan dan kesehatan.

Nah, bagaimana jika skenario itu berbeda dan terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini?

Bayangkan, sejenak, pria itu menahan kegembiraannya dan tidak mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Dia masih tetap ramah, namun dengan cara yang lebih tenang dan pendiam.

Meskipun tidak ada yang salah dengan perilaku ini, namun menekan sikap positifnya akan menghasilkan pertemuan yang sangat berbeda, bukan?

"Pertemuan kami tadi mungkin akan berjalan dengan baik. Namun, mungkin saja itu hanya bersifat transaksional dan bukan interaksional," ungkap Pawelski.

Alih-alih merasa terangkat dan terinspirasi, kita mungkin akan pergi dengan perasaan yang biasa saja, tanpa keinginan yang kuat untuk mengejar hubungan dengannya.

Atau, bagaimana jika pria tadi sedang dalam suasana hati yang buruk ketika kita bertemu dan mengeluarkan semua hal negatifnya kepada kita.

Misalnya, keluhan yang tak henti-hentinya tentang cuaca, kemarahan tentang skandal politik terbaru, dan mengomel tanpa henti tentang penyesalan hidupnya?

Jika ini terjadi, kita akan mendapatkan pengalaman yang sangat berbeda, pengalaman yang akan meninggalkan rasa masam di mulut, dan pasti tidak ingin menjalin hubungan lebih lanjut dengannya.

Bahkan, kita akan berusaha melarikan diri dari situasi tersebut secepat mungkin, kan?

Menekan vs mengekspresikan emosi

Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa menekan emosi secara teratur adalah strategi pengaturan emosi yang tidak sehat.

Banyak dari kita diajarkan, dengan memendam emosi, segala sesuatunya akan membusuk dan kita perlu mengeluarkannya.

Tidak mengherankan, kita sering melampiaskannya kepada keluarga, teman, dan mungkin siapa pun yang mau mendengarkannya, demi merasa lebih baik.

Namun, sering kali, yang terjadi justru sebaliknya. Kita akhirnya merasa lebih buruk. Begitu juga dengan mereka, karena semua emosi itu menular.

Meskipun penelitian sebelumnya telah menunjukkan, penindasan emosi dapat merusak kesejahteraan dan kesehatan mental, penelitian-penelitian tersebut tidak bernuansa. 

Mereka tidak membedakan jenis emosi yang kita tekan: emosi positif dan negatif. Sebaliknya, mereka menyamakan semua emosi.

Meskipun semua emosi itu penting, namun emosi positiflah yang ingin kita kembangkan dan ekspresikan secara aktif dalam hidup kita.

Baca juga: Mengelola Emosi Negatif di Lingkungan Kerja

Penting untuk mengakui dan belajar dari emosi negatif kita, tetapi kita tidak secara aktif mencarinya.

Jika kita mengalami emosi negatif, kemungkinan besar kita sedang menghadapi masalah yang membutuhkan dukungan. Carilah penasihat profesional atau teman untuk itu.

Di sisi lain, jika kita merasakan hal yang positif, sebarkanlah hal tersebut ke mana-mana.

Emosi positif baik untuk kita dan hubungan kita.

Sebagai contoh, ketika kita merasa "bersemangat", pikiran dan hati kita melebar, yang mendorong kita untuk menjangkau dan terhubung dengan orang lain.

Ketika orang lain berada dalam suasana hati yang ceria dan ekspansif, kita secara alami merasakan keinginan yang kuat untuk menjalin hubungan dengan mereka.

Jadi, bagaimana jika kita menahan emosi positif tersebut?

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com