Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Arti Menikmati Hidup

Kompas.com - 03/11/2023, 14:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

SEORANG teman ditanya, apa yang akan dilakukan setelah pensiun nanti. Dia menjawab dengan mantap, ”Saya ingin menikmati hidup.” Hmm, menikmati hidup?

Banyak orang mengartikan “menikmati hidup” sebagai aktivitas yang dijalankan sesuai dengan kesenangan hati, tanpa beban dan tekanan.

Dalam banyak hal identik dengan kegiatan bersenang-senang belaka. Menjauhkan diri dari rutinitas dan kepenatan hidup. Dengan kata lain menghindari stres hingga membuat pikiran tenang dan hati senang.

Menikmati hidup juga berarti menjaga keseimbangan antara pekerjaan dengan hidup itu sendiri. Istilah yang lebih populer “work-life balance”.

Hidup tak melulu hanya bekerja mencari uang, tapi membutuhkan keseimbangan dengan kegiatan lain yang membuat hidup lebih berwarna.

Intinya juga sama, tidak membuat pikiran stres, penuh tekanan atau hal-hal lain yang membuat jiwa tidak sehat, sedih dan berduka.

Dalam banyak hal stres mempunyai dampak positif dan negatif. Orang harus membedakan antara tekanan sehat dan stres beracun. Tekanan yang sehat membuat orang tetap termotivasi, sementara stres yang beracun dapat menjadi bencana.

Biasanya stres mempunyai dampak negatif pada individu. Namun dalam beberapa kasus, hal ini memunculkan sisi terbaik seseorang dan membuka potensi tersembunyinya.

Kadang stres mendorong orang untuk berbuat terbaik agar bisa lepas dari tekanan, walau tak sedikit yang malah berbuat sebaliknya.

Rao (2016) mengklasifikasikan stres menjadi tiga jenis.

Pertama, stres pribadi. Ini terjadi karena alasan pribadi. Stres jenis ini paling menantang karena timbul dari masalah kesehatan atau keluarga dan komitmen.

Kedua stres terkait pekerjaan. Hal ini muncul karena ekspektasi tinggi di tempat kerja, perubahan organisasi, ketidakpastian dan kompleksitas.

Stres yang berhubungan dengan pekerjaan sering kali terjadi karena kurangnya sumber daya dan ketidakmampuan karyawan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif.

Ini juga terjadi karena tuntutan klien dan pelanggan, ketidakmampuan untuk mengatur waktu secara efektif, ketika peran tidak didefinisikan dan dibatasi dengan jelas sehingga menyebabkan kebingungan dan penetapan tujuan yang tidak realistis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com