Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah yang Dimaksud Climate Quitting dan Dampaknya Bagi Dunia Kerja?

Kompas.com - 16/11/2023, 13:04 WIB
Elisabeth Christ Adventia,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bayangkan sebuah dunia di mana komitmen perusahaan terhadap masalah lingkungan sama pentingnya dengan gaji, suasana tempat kerja, atau pertumbuhan karier di benak karyawannya.

Di era kehidupan yang penuh kesadaran ini, etos ramah lingkungan sebuah perusahaan menjadi faktor penentu dalam membentuk pilihan gaya hidup tenaga kerjanya. Karenanya, muncullah gagasan “climate quitting”. Tapi apakah kamu tahu artinya?

Apakah climate quitting’ itu?

Hampir mirip dengan “conscious quitting” —dikonsep oleh mantan CEO Unilever Paul Polman— yang mengacu pada niat karyawan untuk meninggalkan perusahaan karena praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai mereka, “climate quitting” adalah fenomena karyawan berhenti bekerja karena isu lingkungan hidup.

Istilah ini telah digunakan dalam beberapa survei mengenai masalah lingkungan yang salah satunya dilakukan awal tahun 2023 oleh perusahaan audit Inggris KPMG terhadap 6.000 orang dewasa yang bekerja.

Survei tersebut mengungkapkan bahwa 20% karyawan yang ditanyai mengatakan bahwa mereka menolak tawaran pekerjaan karena komitmen perusahaan terhadap kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) tidak sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

Hasilnya juga menunjukkan bahwa hampir satu dari dua orang (46%) ingin perusahaan tempat mereka bekerja menunjukkan komitmen terhadap ESG.

Baca juga: 5 Gaya Hidup Ramah Lingkungan untuk Kurangi Polusi

Komitmen lingkungan lebih penting daripada gaji

Di Eropa, “climate quitting” merupakan fenomena yang tersebar luas dan survei dari Bank Investasi Eropa (EIB) mengungkapkan bahwa dua pertiga masyarakat Eropa menganggap, penting bagi pengusaha untuk memprioritaskan keberlanjutan.

Yang paling patut diperhatikan adalah perspektif individu yang berusia antara 20 dan 29 tahun karena lebih dari tiga perempat dari mereka memandang kredensial iklim sebagai faktor penting dalam pemilihan pekerjaan dengan 22% menganggapnya sebagai prioritas utama.

Lebih jauh, penekanan pada komitmen terhadap iklim dan lingkungan semakin mempengaruhi proses pencarian kerja bahkan melebihi pertimbangan seperti kondisi gaji dan prospek karier dalam suatu perusahaan.

Pergeseran ini dibuktikan oleh penelitian berkelanjutan yang dipimpin oleh Grace Augustine, profesor di Universitas Bath, dan Birthe Soppe dari Universitas Innsbruck.

Studi mereka yang berfokus pada industri minyak dan gas mengungkap, “Beberapa karyawan yang mengundurkan diri karena kesadaran ekologis tetap mengatakan bahwa mereka menikmati pekerjaan mereka. Mereka dibayar dengan baik, merasa pekerjaan mereka bermanfaat secara intelektual dan mempunyai peluang untuk pengembangan karir dan travel.”

Meskipun skala fenomena “climate quitting” saat ini sulit untuk diukur, terdapat indikasi bahwa tren ini dapat meningkat dalam beberapa dekade mendatang terutama di kalangan Generasi Z.

Menurut John McCalla-Leacy, Kepala ESG di KPMG, perkembangannya bagi dunia usaha sudah jelas. “Pada tahun 2025, 75% dari populasi pekerja adalah generasi milenial yang berarti mereka harus memiliki rencana yang kredibel untuk menangani ESG jika mereka ingin terus menarik dan mempertahankan talenta-talenta yang terus bertambah ini,” jelasnya.

Baca juga: Survei: Konsumen Indonesia Makin Peduli Produk Ramah Lingkungan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com