Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Ibu Bisa Ikut Selamatkan Bumi dari Krisis Iklim, Ini Caranya

Kompas.com - 02/12/2023, 17:33 WIB
Dinno Baskoro,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat tengah dihadapkan dengan perubahan dan krisis iklim yang semakin nyata.

Greenpeace Indonesia mencatat, kondisi tersebut memberikan dampak serius pada hasil panen dan tanam yang dialami para petani dan petambak.

Para petani kini kesulitan memprediksi masa tanam akibat anomali cuaca, juga kewalahan menghadapi hama dan penyakit tanaman.

Dampaknya juga terasa pada bahan pangan yang biasa kita konsumsi sehari-hari seperti beras, sayur mayur, ikan, buah, serta bumbu dapur seperti cabai, garam, dan rempah turut terancam akibat krisis iklim.

Baca juga: Pameran Mini SMM X Greenpeace Indonesia, Gugah Kesadaran Krisis Iklim 

Selain itu, upaya dalam mengatasi masalah ini sayangnya belum merata.

Adila Isfandiari, Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia mengatakan, memulai kesadaran dan gerakan sekecil apa pun bisa memberikan kontribusi besar dalam mengatasi krisis iklim.

Sebagai contoh yang diharapkan adalah gerakan kecil yang dimulai dari rumah, tentunya ini dapat dipelopori oleh perempuan atau para ibu.

Kata Adila, ibu memiliki peran penting dalam membentuk pola pikir dan perilaku keluarga, yang kemudian diharapkan bisa bergerak menjadi gerakan lebih luas.

"Perempuan itu kan manajernya rumah tangga, bagaimana hal kecil yang dilakukan dari rumah bisa berkontribusi positif untuk mengatasi masalah iklim ini," kata Adila saat ditemui Kompas.com di Jakarta.

Baca juga: Krisis Iklim Timbulkan Ancaman Kesehatan Ekstrem Bagi Ibu Hamil dan Anak 

Peran ibu di rumah untuk mengatasi krisis iklim

Ilustrasi peran ibu mengatasi krisis iklimsaaccionasostenibilidad Ilustrasi peran ibu mengatasi krisis iklim

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan para ibu untuk ikut serta mengatasi krisis iklim.

Memilih pangan lokal

Bukan hanya meningkatkan kesejahteraan petani lokal saja, cara ini pun dapat mendukung gerakan ramah lingkungan.

Sebabnya, kita sudah berkontribusi mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari ekosistem bahan pangan itu sendiri.

"Memilih bahan pangan lokal berarti sudah mengurangi proses distribusinya. Kita tahu, distribusi yang panjang tentu bakal memberi efek jejak karbon tinggi juga," jelas Adila.

"Kalau kita pilih yang lokal, jejak karbon berkurang, secara nutrisi bahan pangan juga akan lebih sehat."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com