Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Oleh: Heryanti Satyadi dan Desty Dwi Kayanti*
MASA remaja adalah masa individu mulai mencari jati dirinya, dimulai dari umur 13-15 tahun (disebut remaja awal) dan umur 16-18 tahun (disebut remaja akhir).
Selama proses mencari jati diri seorang remaja dihadapkan pada berbagai tantangan, baik dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Tantangan dalam diri remaja, sebagaimana dijelaskan oleh teori Erikson bahwa pada masa remaja, individu memiliki tugas perkembangan, yaitu identity (mencari identitas diri). Remaja mulai mencari siapa dirinya, apa peran yang akan dilakukan, apa tujuan hidup yang akan dilakukan dan lain-lain.
Remaja yang belum menemukan identitas dirinya akan mengalami kebingungan peran (Role Confusion), yaitu remaja akan bingung mencari jati dirinya dan belum bisa melihat masa depan dengan jelas sehingga ia mudah mengikuti pengaruh pergaulan negatif dari luar dirinya terutama pergaulan teman sebayanya yang membuat remaja menunjukkan perilaku negatif.
Beberapa perilaku negatif pada remaja terlihat dari data kasus di Indonesia selama 2023.
Pertama, tiga rombongan remaja yang menyerang warga dengan senjata tajam di jalan raya Ciseeng, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Kedua, tujuh pelajar SMP di Palopo yang ditangkap polisi usai memerkosa temannya. Remaja 16 tahun menganiaya bocah 8 tahun di Palu, Sulawesi Tengah, hingga tewas.
Ketiga, meningkatnya jumlah remaja yang mengidap Human Immunodeficiancy Virus (HIV) di Kabupaten Tulungagung.
Keempat, adanya kasus bullying oleh teman sebaya pada santri MTS di Blitar, Jawa Timur yang membuat korban meninggal dunia.
Ada sejumlah masalah perilaku yang dapat terjadi ketika seorang remaja tidak berhasil memenuhi tugas perkembangannya, yaitu:
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, masa remaja merupakan masa krisis yang membutuhkan persiapan dan pendampingan oleh orangtua.
Oleh karena itu, orangtua perlu mengetahui bagaimana perkembangan anak remaja sehingga dapat membantu remaja melewati fase kritis dalam perkembangannya.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk membantu remaja melewati fase krisis sebagai berikut:
Pertama, orangtua dapat mulai mengubah ekspetasi/tuntutan menjadi harapan kepada remaja. Orangtua tidak lagi memaksakan tuntutan seperti anak harus menjadi dokter, polisi, harus pintar berbagai hal dan lain-lain sesuai ekspetasi orangtua terhadap anak.