Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/01/2024, 09:06 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pendidikan seksual pada anak bukanlah hal yang tabu.

Hal itu ditegaskannya karena pendidikan seksual tidak sebatas hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi juga mengenalkan organ reproduksi.

"Penting dipahami bersama bahwa pendidikan seksualitas bukan cara berhubungan seks semata, melainkan dalam arti positif yaitu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi untuk mencegah agar masalah seksualitas tidak terjadi," ujar Hasto, seperti dikutip dari Antara.

Baca juga: Bagaimana Media Sosial Bisa Berdampak Buruk pada Anak?

Pendidikan seksual dinilai penting salah satunya untuk mencegah anak menjadi korban kasus kekerasan seksual.

Berdasarkan data Komnas Perempuan tahun 2019, tercatat dari 2.341 kasus kekerasan terhadap anak perempuan, ada 770 kasus merupakan hubungan inses (sedarah), 571 kekerasan seksual, 536 kekerasan fisik, 319 kekerasan psikis, dan 145 kekerasan ekonomi.

Adapun hal ini diungkapkannya ketika menjadi narasumber dalam Kelas Pranikah Seri Tiga yang dilaksanakan secara daring pada Jumat (19/1/2024) yang menyasar para pasangan calon pengantin dan pasangan keluarga muda yang belum hamil.

Ia menyoroti adanya kekeliruan di masyarakat bahwa pendidikan reproduksi dan seksualitas bagi calon pengantin hanya tentang cara berhubungan seksual.

Baca juga: Dampak Overprotective pada Anak, Orangtua Wajib Tahu

Hal itu membuat orang enggan mengenalkan pendidikan reproduksi dan seksual pada anak sejak dini karena dianggap tabu.

"Kita semua harus tahu bahwa ada 12 hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi yang dilindungi oleh peraturan internasional. Banyak orang yang berencana hamil, tetapi tidak tahu seperti apa proses kehamilan terjadi. Bagaimana ia bisa melindungi hak-haknya? Hak untuk hidup mestinya dimiliki, bahkan sejak embrio," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, ia berpesan pada calon pengantin agar tidak menikah terlalu muda karena cukup banyak risiko pada kehamilan ibu dengan usia muda.

Risiko tersebut termasuk robek jalan lahir, pendarahan, yang dalam jangka panjang bisa berakibat kanker mulut rahim dan tulang mudah keropos ketika menopause.

"Idealnya hamil di usia 20 tahun ke atas," ungkapnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com