Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Lebih Sadar untuk Daur Ulang Sampah Ketimbang Laki-laki

Kompas.com - 23/02/2024, 19:23 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Daur ulang menjadi salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis lingkungan akibat volume sampah yang berlebihan.

Kendati demikian, tidak semua orang rupanya memiliki kesadaran (awareness) terhadap pentingnya daur ulang untuk keberlanjutan (sustainability), terutama laki-laki.

Menurut temuan data dari sebuah perusahaan startup yang menawarkan jasa pengelolaan sampah bernama Rekosistem, laki-laki menjadi subjek yang tidak banyak melakukan daur ulang daripada perempuan.

SVP of Marketing & Partnership Rekosistem, Angga A. Fritz Aradhana pun menyebutkan, hasil temuan yang bersumber dari aplikasi tersebut memperlihatkan bahwa secara demografi, 60 persen pengguna yang memang secara aktif melakukan penyetoran sampah untuk berulang adalah perempuan.

"Saya rasa awareness dan perilaku konsumsi subjek dalam hal ini sangatlah berpengaruh," katanya kepada Kompas.com saat ditemui di acara Kiehl's NYC Subway: Trash to Art di Mal Senayan City, Jakarta, Kamis (22/2/2024).

Baca juga: Bagaimana Mendaur Ulang Sampah Kemasan agar Memiliki Nilai Jual

Ilustrasi daur ulang sampah, pengelolaan limbah. SHUTTERSTOCK/BAZA PRODUCTION Ilustrasi daur ulang sampah, pengelolaan limbah.

Selain itu, Fritz- begitu sapaannya, juga mengungkapkan bahwa perempuan mungkin lebih sering terpapar akan informasi mengenai gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

"Mungkin bisa jadi di rumah yang konsumsi laki-laki, tapi yang secara sadar mau mendaur ulang sampahnya itu perempuan," terang Fritz.

"Pada akhirnya ya perempuan tentunya memiliki andil yang sangat besar sebagai konsumen," ujar dia.

Sementara dari segi usia, temuan Rekosistem menunjukkan orang-orang yang paling banyak mendaur ulang berada di rentang usia 25 sampai 45 tahun.

Meskipun cukup luas, namun usia ini dinilai sudah lebih mapan karena memiliki pekerjaan secara profesional dan tidak tinggal bersama orangtua.

"Kalau masih tinggal sama orangtua kan otomatis pengelolaan sampah bergantung ke mereka kan," kata Fritz.

"Terlepas dari itu, sekarang topik sustainability juga semakin banyak digaungkan, jadi kesadaran masyarakat pun semakin luas. Dan kami melihat isu-isu lingkungan mendorong orang untuk mengurangi sampah," jelasnya.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Membawa Sampah Skincare ke Daur Ulang

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com