Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Desainer Busana Muslim Bersaing dengan Merek Fashion Global

Rumah mode bergengsi seperti Dior, Dolce Gabana, Max Mara, dan juga brand olahraga Nike, ikut mengeluarkan koleksi busana sopan dan tertutup di panggung mode dunia.

Kondisi tersebut memberi tantangan tersendiri bagi para desainer. Mereka harus mampu menghasilkan busana yang tidak hanya mengikuti tren terkini, tapi juga karya yang berkarakter dan berkualitas.

Desainer Norma Hauri mengatakan bangga karena modest wear diakui di dunia fashion. "Bangga akhirnya modest wear diakui. Tapi kalau ingin bisa sejajar, kita harus menjaga kualitas, apalagi untuk show ke luar negeri," katanya dalam acara konferensi pers Wardah Fashion Journey di Jakarta (15/3).

"Walau judulnya modest wear tapi seorang desainer harus mempertimbangkan desain dengan tampilan internasional, tak hanya melihat tren busana muslim di Indonesia," kata Itang yang ditemui Kompas.com dalam peluncuran koleksi Allea Itang Yunasz di Jakarta (14/3).

Sementara itu desainer Dian Pelangi memiliki kiat untuk tetap bertahan. "Kuncinya adalah konsisten berinovasi, merangkul komunitas hijabers, dan berkolaborasi dengan desainer lain," paparnya.

Desainer Restu Anggraini memilih untuk meningkatkan kualitas bahan.

"Aku lebih concern di material bahannya. Desainer Indonesia bukan hanya dikenal karena jahitannya yang rapi tapi juga bahannya berkualitas," kata Restu yang memiliki brand ETU ini.

Ia menambahkan, saat ini di Indonesia banyak bermunculan desainer-desainer busana muslim baru.

"Dengan bahan yang berkualitas, orang akan mengingat kenyamanan dari brand kita," katanya.


https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/16/100800720/strategi-desainer-busana-muslim-bersaing-dengan-merek-fashion-global

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke