Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketagihan Suntik Filler Justru Bikin Wajah Tak Natural

Sudah sekitar tiga bulan terakhir Novriaty Sibuea (56) bolak-balik mengunjungi Jakarta Aesthetic Clinic di jalan Gunawarman Jakarta Selatan.

Novry, demikian ia biasa disapa, rajin ke klinik milik dr.Olivia Ong itu bukan untuk mengoreksi wajahnya menjadi terlihat muda. Namun, ia justru ingin memperbaiki “kerusakan” akibat suntik filler yang didapatnya dari klinik sebelumnya.

Wanita yang memiliki jabatan direktur di sebuah perusahaan sawit itu bercerita, dua tahun lalu ia berkonsultasi ke sebuah klinik kecantikan yang mengklaim menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan.

Keluhan Novry ketika itu adalah untuk menghilangkan kantung hitam di bawah matanya.

“Waktu itu di bagian bawah mata hitam. Saya lalu disuntikkan sesuatu yang mereka bilang bahan alami, untuk menghilangkan lingkaran hitam tersebut,” katanya ketika ditemui di klinik JAC (12/7/2019).

Setelah penyuntikan, Novry merasa makin hari kantung matanya semakin turun. Lalu ia kembali lagi ke klinik itu dan lagi-lagi dokter di sana menyuntiknya.

“Kali ini bagian pipi yang disuntik, katanya untuk menopang pipi agar terisi supaya mata tidak turun,” ujarnya.

Keluhan Novry ternyata tidak hilang, malah ia merasa wajahnya terlihat aneh. Setiap kali ia tertawa, ia merasa ada “bola” di pipinya.  Kondisi itu membuatnya merasa malu, padahal dalam pekerjaannya ia harus sering bertemu banyak orang.

Novry kemudian berkonsultasi ke dr.Olivia. Belakangan baru diketahui bahwa selama ini cairan yang disuntikkan oleh dokter di klinik lamanya adalah filler dan kondisi yang dialami Novry disebut dengan Facial Overfilled Syndrome (FOS).

“FOS terjadi karena seseorang melakukan suntik filler terlalu sering. Akibatnya wajah terlihat kepenuhan atau aneh. Sindrom ini banyak kita temukan sekarang ini,” kata Olivia.

Ciri FOS lainnya adalah pipi akan terlihat mencuat maju, ke samping atau ke atas, ketika sedang tersenyum atau tertawa. Bahkan, mata akan terlihat mengecil yang disebut dengan sunset eyes.

Novry relatif beruntung karena kondisi wajahnya belum terlalu parah dan masih bisa "diperbaiki" tanpa operasi.

“Sejak awal ke klinik JAC, saya hanya ingin wajah saya kembali seperti semula, yang normal,” kata Novry yang kini wajahnya sudah kembali normal.

Menurut data, di tahun 2018 permintaan untuk suntik filler naik 58 persen dibanding tahun 2012. Suntikan ini juga menjadi terapi non-bedah terfavorit setelah suntik botoks.

Suntik filler memang mampu meremajakan tampilan wajah dengan seketika, seperti menghilangkan cekungan bawah mata dan memudarkan garis senyum, juga dapat memperindah bagian pipi, hidung, dagu, bibir, sampai rahang yang kurang terdefinisi.

Walau begitu, banyak orang menganggap bahwa filler adalah satu-satunya jawaban untuk semua masalah estetika wajah. Akibatnya, mereka pun ketagihan melakukan suntikan ini setiap kali ada bagian yang dirasa kurang sempurna.

Filler merupakan cairan asam hialuronat yang dipakai untuk mengisi atau menambah volume wajah. Sebenarnya filler ini aman dan sudah mendapat persetujuan FDA.

“Filler juga bisa mengoreksi penampilan, asalkan dipakai pada saat yang tepat dan porsi yang tepat,” kata dokter yang sering tampil jadi pembicara di forum dokter estetika internasional ini.

Anatomi wajah Asia

Secara anatomi orang Asia lebih rentan mengalami FOS karena tengkoraknya lebih pendek, lebar, dan dangkal cekungannya dibandingkan orang kaukasia. Hal ini menyebabkan wajah orang Asia lebih bulat.

Dengan kondisi anatomi demikian, jika disuntikkan cairan filler, maka akan lebih cepat terlihat penuh. Sedangkan orang Kaukasia yang cekungannya dalam tidak terlalu bermasalah.

“FOS berjalan pelan-pelan dan tidak disadari pasien. Mereka baru sadar setelah wajah terlihat seperti chipmunk atau pillow face,” ujar Olivia.

Memperbaiki kekurangan wajah, lanjut Olivia, bisa memakai beberapa kombinasi teknik, tidak cuma filler.

“Lapisan lain yang berkontribusi pada tampilan aging juga harus dirawat dengan teknologi yang tepat, misalnya ultherapy atau botoks. Kontur atau kurva khusus di wajah tidak boleh dihilangkan dengan filler, jadi hasilnya pas dan natural,” paparnya.

Yang terjadi saat ini, semua masalah, mulai dari cekungan di wajah, kerutan dan wajah yang mulai turun, serta hidung kurang naik juga disuntik filler. Pada satu titik, wajah pun akan terlihat makin aneh.

“Butuh peran dokter estetika untuk memberi informasi yang tepat pada pasien agar melakukan terapi sesuai kebutuhan, bukan mengejar standar kesempurnaan sendiri,” ujar Olivia.

FOS memang bisa diatasi dengan cara mengurangi “pembengkakan” akibat cairan filler.

“Bisa tanpa bedah atau dengan bedah, tergantung pada keparahan kasusnya. Bila tidak perlu operasi, setelah perawatan pembetulan wajah pasien bisa kembali beraktifitas, ” kata Oliva.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/16/070000520/ketagihan-suntik-filler-justru-bikin-wajah-tak-natural-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke