Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mencari Kesetaran Hak Bagi Anak Perempuan di Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesetaraan gender terus digaungkan oleh berbagai pihak, termasuk di Indonesia. Seiring berkembangnya zaman, masalah kesetaraan gender ini ternyata masih menyisakan banyak pekerjaan rumah untuk diatasi.

Isu kesetaraan gender tak hanya dialami oleh mereka yang sudah dewasa, tetapi juga sejak usia anak. Itulah mengapa Plan International Indonesia saat ini masih terus berjuang mendukung kesetaraan hak anak perempuan.

Direktur Eksekutif Plan International Indonesia, Dini Widiastuti mengatakan, lewat program-program yang dijalankannya, organisasi yang masuk ke Indonesia sejak 1969 ini terus berupaya agar anak-anak perempuan dapat menikmati kesempatan yang setara untuk segala sektor. Mulai dari pendidikan, pekejaan dan lainnya.

"Kami mau memastikan program kami memberi kesempatan mereka tumbuh dan berkembang bebas dari kekerasan."

Demikian diungkapkan Dini pada konferensi pers 50 tahun Plan International Indonesia di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (20/9/2019).

Lalu, apa saja pekerjaan rumah tersebut?

Dini mengungkapkan, masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Misalnya, masalah stunting yang disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya karena masih banyaknya kehamilan pada remaja.

Ada banyak akar permasalahan yang perlu diselesaikan, mulai dari kemiskinan, norma-norma yang berlaku di daerah yang bersangkutan, kurangnya akses pendidikan, dan lainnya.

Dini mencontohkan di Nusa Tenggara Barat (NTB), rata-rata usia anak-anak berhenti sekolah adalah 13 tahun, dengan jumlah anak perempuan lebih banyak.

Salah satu alasannya adalah karena akses sekolah yang terlalu jauh sehingga perjalanan ke dan dari sekolah dinilai tidak aman, tidak ada biaya, dan lainnya.

Terkait hal ini, masalah pendidikan kemudian juga menjadi hal penting lainnya yang perlu diperhatikan.

"Untuk yang sudah terlanjur putus sekolah juga mungkin bisa ada edukasi vokasi, pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada mereka," ucapnya.

Termasuk mengenai pendidikan kesehatan alat reproduksi yang saat ini masih cukup memprihatinkan.

Misalnya, masih banyak anak-anak remaja yang melakukan hubungan intim di luar nikah karena menganggap kehamilan hanya bisa terjadi ketika pasangan sudah menikah dan sebagainya.

"Karena tidak paham hal-hal begitu bisa terjadi. Jadi kita sebenarnya menempatkan anak-anak kita dalam posisi rentan kalau tidak memberikan pengetahuan yang cukup," kata Dini.

Namun, mengatasi pekerjaan-pekerjaan rumah yang ada untuk mendukung kesetaraan gender, terutama bagi anak-anak perempuan, dibutuhkan peran berbagai pihak serta kerja-kerja yang konsisten dan berkesinambungan.

Sehingga ambisi memenangkan bonus demografi juga bisa tercapai.

"Harus ada affirmative action untuk memberikan perhatian lebih bagi mereka," ucapnya.

Adapun pada puncak perayaan 50 tahun Plan International Indonesia akan dirayakan malam apresiasi dengan tema "Journey for Equality".

Sejumlah tokoh maupun institusi yang telah mendukung kerja Plan Indonesia akan menerima penghargaan terkait usaha mewujudkan kesetaraan hak anak, terutama anak perempuan.

Tokoh-tokoh dan institusi tersebut di antaranya Keluarga Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bupati Rembang Abdul Hafidz, Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Zudan Arif Fakhrullah, Atlet bulu tangkis Jonatan Christie, PT BPTN, serta Pejuang Hak Anak di Sumba Timur Selia Nawasti Nangi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/09/22/074605420/mencari-kesetaran-hak-bagi-anak-perempuan-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke