Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Leptospirosis, Penyakit "Langganan" Pasca-Bencana Banjir

“Saya ngobrol dengan sesama dokter penyakit dalam di beberapa rumah sakit, ada (ditemukan) kasus serupa (pasca bajir).”

Begitu kata dokter spesialis penyakit RS Premier Jatinegara, Jakarta, dr Laura Anasthasya SpPD kepada Kompas.com, di Bandung, Sabtu (18/1/2019) lalu.

Laura menyebut, kasus leptospirosis memang menunjukkan kecenderungan meningkat usai banjir, dibandingkan saat keadaan normal.

Sebelum banjir, Laura mengaku, RS di mana dia bekerja jarang menemukan kasus leptospirosis.

"Kalau pun ada, itu karena pasien tergigit tikus," kata dia.

Namun, setelah Jakarta banjir lalu, bermunculan pasien dengan gejala leptospirosis, akibat mengalami kontak dengan banjir.

Kondisi pasien saat masuk rumah sakit pun berbeda-beda. Ada pasien yang berhasil bertahan dan selamat, namun ada pula yang meninggal.

“Tapi ini kasus di rumah sakit kami, tidak bisa mewakili kondisi (Jakarta) keseluruhan,” cetus dia.

Penyakit ini meningkat saat banjir, karena masyarakat berkontak dengan air kotor yang terkontaminasi urine tikus.

Urine tikus menebar penyakit ini, karena menyandung bakteri leptospira.

Gejala leptospirosis, sambung Laura, sulit dibedakan dengan sakit flu biasa.

Hal inilah yang kerap membuat pasien terlambat berobat.

“Gejalanya demam, ngilu-ngilu. Enggak lama kemudian, mata kemerahan, warna air kencing seperti teh, badannya kuning,” ungkap Laura.

Infeksi kuman tersebut rata-rata menyerang ginjal, pendarahan paru-paru, dan paling parah bisa menyebabkan gagal multi organ.

“(Kuman) cukup mematikan. Jika tidak diobati bisa gagal ginjal akut dan gagal napas akut."

"Orang sehat bisa kena, dalam beberapa hari masuk ICU pasang ventilator, hingga cuci darah permanen,” tutur dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/20/082556620/mengenal-leptospirosis-penyakit-langganan-pasca-bencana-banjir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke