Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fakta di Balik Dorongan Tekan Tombol "Snooze" Setiap Bangun Pagi

Saat mendengar alarm berbunyi, ada dua hal yang dapat kita lakukan.

Pertama menonaktifkan atau mematikan alarm tersebut, dan yang kedua menekan tombol snooze, supaya alarm kembali berbunyi setelah jangka waktu tertentu.

Nah, jika kita terbiasa menekan tombol snooze dan kembali tidur, ini ternyata bukan hal baik, dan bahkan kita perlu menghubungi dokter.

Sebuah penelitian terbaru dari Departemen Sleep Disorders Research di Cleveland Clinic menemukan, tidak semua jenis tidur itu sama.

Disebutkan, bagian akhir dari perjalanan tidur seseorang bisa menunjukkan kesejahteraan orang itu secara keseluruhan.

"Mayoritas bagian terakhir dari siklus tidur kita terdiri dari tidur REM (rapid eye movement), atau tidur bermimpi, yang merupakan kondisi tidur restoratif."

Demikian dikatakan Reena Mehra, MD, Direktur Sleep Disorders Research di Cleveland Clinic dalam sebuah pernyataan.

"Jadi, jika kita menekan tombol snooze, maka kita mengganggu siklus tidur REM atau tidur mimpi itu."

Lantas, mengapa siklus tidur REM perlu menjadi perhatian?

Perlu diketahui, setiap malam, kita mengalami dua tahapan tidur, yaitu tidur REM dan tidur non-REM.

The National Institute for Neurological Disorders and Stroke mendefinisikan tidur non-REM melalui tiga tahap:

- Tahap 1: saat kita beralih dari bangun menuju tidur

- Tahap 2: saat kita tidur ringan (atau tidur ayam)

- Tahap 3: saat kita memasuki tingkat tidur terdalam untuk periode lama

Kita mengalami ketiga tahapan tidur non-REM di malam hari, dan tahapan terakhir membuat kita merasa segar di pagi hari.

Bedanya, siklus tidur REM pertama kali terjadi sekitar 90 menit setelah kita tertidur.

"Mata kita bergerak cepat di belakang kelopak mata yang tertutup," kata para ahli di The National Institute for Neurological Disorders.

Mereka juga menyebut, di saat kita memasuki siklus tidur REM, napas kita menjadi lebih cepat dan tidak teratur, detak jantung serta tekanan darah meningkat, hingga mendekati tingkat bangun.

"Sebagian besar mimpi kita terjadi selama tidur REM, meskipun beberapa orang mengalaminya dalam tidur non-REM."

Nah, jika tidur REM terganggu dengan menekan tombol snooze pada alarm --yang umumnya memiliki interval 10 menit, hal ini dapat memicu respons fight or flight.

Respons ini adalah reaksi fisiologis makhluk hidup sebagai respons terhadap sebuah kejadian yang dianggap berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka.

Respons ini dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, karena waktu kita untuk merasakan tidur nyenyak terlalu pendek.

Menurut National Health Service, kekurangan tidur nyenyak dapat menjadi penyebab berat badan bertambah, penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, sistem kekebalan melemah, dan diabetes.

"Pastikan kita mendapatkan 7-8 jam tidur dan kualitas tidur yang baik," kata Mehra.

Jika kita sudah memiliki kualitas dan waktu tidur yang baik, namun masih ingin menekan tombol snooze, Mehra menyarankan kita untuk memeriksakan diri ke dokter.

"Temui dokter untuk memastikan tidak ada gangguan tidur tak terdiagnosis yang dapat berkontribusi pada kebutuhan kita menekan tombol snooze," kata dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/07/050000620/fakta-di-balik-dorongan-tekan-tombol-snooze-setiap-bangun-pagi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke