Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bikin Masker, Brand Bandung "Born & Blessed" Luput dari Krisis Pandemi

KOMPAS.com – Bidang usaha apa yang tak terhantam masalah ketika krisis pandemi Covid-19 tiba-tiba melanda dunia, termasuk Indonesia.

Kesulitan dirasakan nyaris di segala sektor kehidupan sosial dan ekonomi. Untuk bertahan hidup, diperlukan usaha keras dan kreativitas.

Hal itu pula yang dialami pengusaha brand lokal asal Bandung, Christian Eka dengan merek clothing-nya Born & Blessed saat harus berhadapan dengan krisis pandemi Covid-19.

Christian mengaku, -tak berbeda dengan beragam model usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lain- Born & Blessed juga terkena dampak Covid-19.

Bagaimana tidak, sebagian besar dari 30 toko yang menjual barang produksi Born & Blessed, tutup. Kalau pun masih ada yang buka, umumnya mengalami masalah finansial.

Akibatnya, mudah diterka. Usaha yang dijalani oleh lulusan Ekonomi Manajemen, Universitas Maranatha, Bandung ini pun harus mengalami masa suram.

Di masa awal pandemi, Christian terpaksa merumahkan 40 dari 45 karyawannya. Kondisi ini tentu membuat panik.

Apalagi, sebelumnya Eka baru lepas dari krisis dan utang yang begitu besar.

“Usaha clothing ini saya bangun 1999 dan dipercayakan pada seseorang. Ternyata banyak persoalan hingga utang Rp 2-3 miliar.”

Begitu pengakuan Christian kepada Kompas.com dalam perbincangan di Bandung, Rabu (16/1 /2020) kemarin.

Christian kemudian terjun langsung mengurus bisnisnya itu. Dia melakukan rebranding  pada tahun 2015, hingga pelan-pelan perusahaannya bangkit, termasuk mengatasi utang tadi.

Lalu pada tahun 2019 dia mulai merombak sistem. Sayangnya, di saat Christian dan tim-nya sedang percaya diri untuk "berlari" dengan sistem baru, pandemi Covid-19 menghantam.

Di tengah keterpurukan, Christian untuk mengubah sistem penjualan dengan menggunakan platform online sambil melakukan shifting produk.

“Sebenarnya dari 2019 penjualan online sudah ada, tapi enggak digarap serius karena keenakan di offline."

"Pas pandemi, mau tidak mau harus mengoptimalkan online,” tutur Christian.

Demi menguasai penjualan online, Christian mendadak mengikuti banyak webinar. Ia pun sempat dibuat gentar, karena peserta lain usianya jauh di bawah dia.

Christian lalu berpikir produk apa yang harus dibuat agar bisa bertahan di era pandemi. Salah satu kawannya mengusulkan masker.

“Dulu saya sempat nolak. Ada rasa tengsin gitu, karena keidealisan saya,” tutur dia.

Christian mengaku merasa bisnis masker tidak ada cuan-nya. Kalau pun ada, keuntungannya tipis, dan dia enggan hanya mengejar kuantitas.

Meski begitu, Christian akhirnya luluh dan mencoba memproduksi masker berbahan kaus.

Namun, sayangnya produk tersebut tidak laku. Bahkan, ditawarkan ke orang yang kenal pun jarang terbeli.

Baru pada suatu ketika, Christian diajak berkolaborasi dengan pengusaha kaus kaki. Masker yang diproduksinya akan dibagikan gratis oleh pengusaha tersebut.

Di luar dugaan, ternyata masker tersebut banyak diminati. Hingga akhirnya ia meminta izin untuk ikut memasarkan.

Demi standar kesehatan, Christian menggunakan material tiga lapis kain dengan tali panjang untuk mengikat masker ke belakang kepala.

Ada yang dicantolkan ke telinga atau pun masker untuk orang berhijab.

Pada bagian hidung --untuk membuat pengguna nyaman, ada sebagian masker yang dilengkapi semacam plat logam lunak agar tidak mudah bergeser saat dikenakan.

Kini, kini beragam koleksi masker tersebut dijual seharga Rp 49.000-59.000.

Seiring berjalannya waktu dan masa pandemi yang tak kunjung usai, produk masker ternyata mampu menyelamatkan perusahaanya, dan bisa bertahan di masa pandemi.

Sekarang, sudah ada empat brand masker yang diproduksi oleh Christian, dengan kapasitas produksi 1.400 per hari.

“Masker itu sekarang tidak sekadar kesehatan, tapi fashion. Itu yang disasar Born & Blessed,” ucap Christian.

Berkah pandemi

Perlahan namun pasti bisnis Christian membaik. Uniknya, penjualan online terus merangkak naik, dan kini berada di kisaran 50:50 dengan penjualan offline.

Bahkan, Christian mengaku ada masa di mana dia kewalahan menangani penjualan online tersebut. Hal itu terjadi karena order yang melimpah, dengan tenaga kerja yang minim.

Baru pada momen 12.12 yang baru lalu, Christian dan perusahaannya bisa menangani orderan dengan baik.

“Masuk ke online pengalaman baru buat kami dengan karakter yang jauh berbeda dengan offline. Itu pula yang dirasakan banyak UMKM di Indonesia,” ucap dia.

Jam kerja pun berubah menjadi work by progress. Bahkan Christian mengaku menemukan talenta lain dari para karyawannya saat pandemi.

“Ternyata ada yang jago gambar, jago ini dan itu. Kami menemukan bakat mereka yang lain saat pandemi,” tutur Christian.

Kini, perusahaannya sudah berjalan normal. Sejak Oktober 2020, penjualan utama mereka yakni aksesoris, t-shirt, kemeja, celana panjang, dan lainnya pun kembali membaik.

Toko yang tutup pun sudah kembali buka, dan para pekerja juga terus bertambah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/17/132129120/bikin-masker-brand-bandung-born-blessed-luput-dari-krisis-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke