Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kekuatan Sinergi di Gunung Balong, "Kalahkan" Pandemi Covid-19

"Sudah siap berbelanja? Saya sudah siap. Yuk, kita kunjungi toko-toko kelas yang sudah disiapkan dengan baik oleh ananda," kata dia sambil terus tersenyum.

Para pengunjung yang datang siang itu adalah murid dan orangtua di sekolah dasar Gemala Ananda.

Sementara, perempuan yang menyambut kedatangan para tamu itu adalah Jasmin Jasin, pendiri sekaligus kepala di sekolah itu.

Gemala Ananda adalah sekolah berbasis komunitas yang saat didirikan pada tahun 2007 hanya memiliki empat murid, dan menempati rumah tua dekat RS Fatmawati, Jakarta Selatan.

Baru sekitar delapan tahun terakhir, murid dan guru di sekolah tersebut bisa menempati gedung sekolah di Jalan Gunung Balong -tak jauh dari lokasi pertama.

Kini, ada 336 bocah SD, dengan 70 guru dan staf yang bernaung di sekolah itu.

Bila ditambah dengan jumlah orangtua yang hadir, maka bisa dibayangkan bagaimana riuhnya acara pembukaan business week (SGA BizzWeek), pada Sabtu (20/3/2021) lalu.

SGA BizzWeek adalah acara rutin tahunan, yang semula dikenal dengan nama "business day".

"Mulai pertamanya 12 Juni 2009. Jadi sekarang yang ke-13," kata Jasmin Jasin dalam perbincangan dengan Kompas.com, Senin (22/3/2021).

"Tujuan awalnya kepenginnya anak-anak belajar mengenai berbisnis, berwirausaha, bukan hanya jual beli, tetapi juga punya pengalaman -walaupun sederhana, kalau bikin bisnis seperti apa sih?" kata Jasmin.

Tak cuma nama, format acara ini pun berubah total. Jika biasanya hanya digelar satu hari, kali ini rangkaian acara berlangsung hingga Sabtu (27/3/2021).

Juga, jangan membayangkan jika penyambutan tamu oleh Jasmin tadi dilakukan secara fisik. Tidak.

Jasmin berdiri dan menyapa di teras sekolah sebagai sosok virtual dalam mode interaktif  virtual reality 360º.

Sama halnya dengan sejumlah siswa yang bertugas menjadi penerima tamu di depan kelas, yang disulap menjadi kios-kios tempat mereka menjajakan dagangan.

Anak-anak menyapa dan mengajak pembeli untuk masuk ke kios mereka. Lewat virtual tour ini, orangtua dan semua siswa dapat menyusuri tiap sudut di gedung sekolah itu.

Dengan menggerak-gerakkan mouse, siapa pun bisa memasuki tiap-tiap kelas, untuk melihat dan memesan barang/jasa yang ditawarkan.

Cukup memilih dan memasukkan barang/jasa ke dalam keranjang belanja, dan pembeli akan dialihkan ke marketplace Gemala Ananda, yang sudah disediakan lengkap dengan payment gateway-nya.

Sensasinya sama persis seperti toko online yang kini banyak dikenal di Indonesia.

Barang/jasa yang ditawarkan dalam acara ini tentu amatlah sederhana, khas anak-anak.

Ada beraneka makanan kecil -brownies, kastengel, sereal bar-  yang pembuatannya dilakukan oleh anak-anak dengan bantuan orangtua.

Lalu, beragam ide kreatif digital, seperti wallpaper, daily planner, aneka gim, serta buku dan majalah elektronik.

Selain itu, ada pula sejumlah tiket dalam kategori jasa, seperti pelatihan doodle, kaligrafi, petunjukan musik, pertunjukan dongeng, dan jasa photo editing.

Bagi anak kelas I-II besarnya uang jajan yang bisa mereka belanjakan hanya Rp 40.000, sementara untuk kelas III-VI diperbolehkan belanja hingga Rp 55.000.

"Ini untuk melatih anak mengelola keuangan, dan belajar tentang mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan," ungkap Jasmin.

"Aku jalanin virtual tour itu lumayan kerasa di sekolah sih. Agak 'cirambay' dikit (menangis tapi keluar air mata sedikit)."

"Cakep effort-nya," kata Tasha Panggabean salah satu orangtua murid.

Dia merasa, fasilitas virtual tour cukup mengobati kerinduan karena sudah setahun terakhir terpaksa tak belajar di sekolah, akibat pandemi yang belum juga usai.

"Anakku sih happy banget, dia jalan-jalan atas bawah," sambung Tasha. 

"Menghadirkan kehangatan yang biasanya dirasa langsung itu kan gak gampang. Tapi kemarin itu kayak masih bisa kerasa seru-seru, heboh-hobohnya business day gitu," cetus dia lagi.

Keriuhan hajatan kian hangat terasa, karena pada saat yang bersama digelar pula sesi pembukaan acara melalui fasilitas Zoom.

Di sana, anak-anak yang bertugas mempromosikan barang dagangan, melakukan presentasi lengkap dengan poster dan kostum yang menarik di hadapan para "pengunjung".

Di saat-saat mikropon dibuka, terdengarlah suara ratusan anak-anak itu bersahut-sahutan mengomentari acara dan juga produk-produk kreasi mereka.

Suasananya, kata Tasha, terdengar persis seperti yang terjadi ketika business day digelar secara konvensional.

“Rasanya satu sekolah seperti satu keluarga yang saling membantu untuk memberikan pemelajaran terbaik untuk anak-anak," kata Gaby -demikian dia biasa disapa.

Orangtua dengan tiga anak yang bersekolah di Gemala Ananda ini, menyebut dalam tempo enam minggu kerja kepanitiaan, semua pihak berkontribusi dengan cepat.

"Anak-anak punya perannya masing-masing. Bahkan staf pramubakti pun berperan di acara ini."

"Mereka menyiapkan ruangan-ruangan kelas yang perlu difoto untuk kebutuhan konten tur virtual," kata Gaby.

Selain memiliki tiga anak yang harus tetap didampingi dalam program belajar mandiri (PBM), Gaby pun masih bekerja sebagai freelancer di bidang minyak dan gas.

Dengan kesibukan yang tak sedikit itu, Gaby toh masih bersedia memberikan waktunya untuk urusan kepanitiaan di sekolah.

"Kalo dari saya sih, ya ngerasa kayanya emang ini jadi kesempatan buat membantu keluarga Gemala aja gitu," kata Gaby.

Tentu saja, -tak hanya Gaby, masih ada sekian orangtua murid yang bersatu hati berkontribusi untuk mewujudkan kehangatan acara ini.

"Kami -pihak sekolah, enggak punya sumber daya, dan bahkan enggak punya bayangan untuk mewujudkan semua ini," kata Jasmin.

Jasmin menceritakan betapa pandemi membuat dia dan tim manajemen sekolah awalnya hanya membayangkan untuk menggelar business day dengan cara sederhana.

"Ya, anak-anak menjual barang kreasi mereka dengan sistem PO (pre order), sebisanya saja lah, bayangannya cuma itu," kata dia.

Tetapi yang terjadi di luar dugaan. Kekuatan komunitas yang dipupuk sejak pertama kali Gemala Ananda didirikan, ternyata mendatangkan hasil yang luar biasa.

"3 KTB" sebagai spirit Gemala Ananda yang selalu disuarakan pun terasa di momen ini, yakni "Kecil tapi Bermakna", "Kreativitas Tanpa Batas", dan "Kolaborasi Tumbuh Bersama".

Jasmin mencontohkan, pembuatan fasilitas virtual tour dan payment gateway  termasuk marketplace Gemala Ananda, semuanya dikerjakan oleh orangtua murid, cuma-cuma.

Belum lagi persiapan pembuatan materi barang/jasa yang disepakati siswa, untuk dieksekusi di rumah masing-masing, yang jelas membutuhkan peran besar orangtua sebagai pendamping.

"Ini luar biasa sekali, betul-betul semangat orangtua -baik mereka yang melakukan pendampingan ananda di rumah, maupun mereka yang terlibat dalam kepanitian."

"Betul-betul dalam keterbatasan yang ada, kita pandemi, kita bekerja secara virtual di rumah masing-masing, justru ide berkembang."

"Bukan hanya ide yang diberikan, tapi juga kesediaan untuk memberikan waktu, tenaga, pikiran."

"Hasilnya, anak-anak -walaupun pandemi, mereka mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan bahkan lebih lagi dibandingkan dengan sebelumnya," kata dia.

Jasmin menyebutkan, siswa mendapat kesempatan belajar dengan praktik langsung untuk -tak hanya berbelanja secara daring, tapi juga mengelola toko online. 

"Siswa yang menjadi manajer toko mengelola toko virtual melalui dashboard."

"Mereka yang input nama produk, berapa stok, mengunggah deskripsi dan foto, juga mengelola pesanan masuk, merekap, mengatur jadwal pengiriman."

"Ini semua mereka lakukan, yang dulu mereka lakukan di kelas dalam bentuk transaksi langsung, yang mereka lakukan sekarang kekinian banget," sebut Jasmin. 

Jasmin lalu menyebut, pencapaian ini bukanlah hal yang harus disombongkan, tapi perlu disebarkan agar lebih banyak orang yang menyadari pentingnya kerjasama.

"Ini bukan soal 'menepuk dada'," kata Jasmin.

"Tidak ada yang bisa menjelaskan atau membayangkan kita akan hidup seperti apa, dan bagaimana sekolah akan berjalan," sebut dia.

"Karena itu saya pikir, yang menjadi kunci agar kita bisa menjalan ini adalah sinergi antara sekolah dengan rumah, antara guru dan orangtua," tutur Jasmin.

Di saat semua pihak melihat ke depan, dan menyadari perlunya bekerjasama menyiapkan pendidikan terbaik yang bisa diberikan bagi anak-anak, maka jalan pun akan terbuka.

"Masing-masing dalam keterbatasannya, tetapi juga masing-masing dengan keahlian, dengan potensi yang dimiliki, berpikir apa yang bisa dilakukan bersama-sama untuk anak-anak," ungkap Jasmin.

"Dengan demikian yang berat bisa dibuat menjadi lebih ringan, dan yang rumit bisa diurai bersama-sama, sehingga bisa ketemu solusinya," kata dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/23/060000120/kekuatan-sinergi-di-gunung-balong-kalahkan-pandemi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke