Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kita Membutuhkan Comfort Food Saat Sedang Stres?

KOMPAS.com - Makan menjadi aktivitas andalan bagi banyak orang untuk sejenak melarikan diri dari masalah dan stres yang dihadapinya. Comfort food, demikian istilahnya, dipercaya memberikan efek yang menenangkan dan menyenangkan.

Kita semua pasti punya makanan favorit yang dituju ketika sedang kesal, banyak masalah atau berbagai perasaan negatif lainnya. Kecenderungannya, comfort food adalah jenis makanan yang manis, berlemak dan tidak sehat.

Beberapa diantara yang sering jadi kesukaan adalah es krim, kentang goreng, mi ayam dan pizza.

Meski kita tahu makanan tersebut mungkin bisa merusak diet atau kurang baik untuk kesehatan, tidak ada yang bisa membantah efek menyenangkan pasca menikmatinya.

Fenomena ini juga meningkat ketika pandemi baru saja melanda dunia dan membuat semua orang frustasi.

Survei publikasi perdagangan industri makanan di Amerika Serikat menyebutkan, dua dari tiga orang makan lebih banyak comfort food demi mengatasi tekanan mentalnya.

Jajak pendapat lain dari pembaca WebMD melaporkan, hampir setengah dari wanita dan hampir seperempat dari pria yang disurvei mengatakan berat badan mereka bertambah karena social distancing selama Covid-19.

Lesley Rennis, Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan City University of New York menjelaskan alasan kita begitu menggemari makanan sebagai pengalih stres.

Kondisi emosional yang kuat membuat kita beralih ke makanan yang menenangkan agar merasa aman dan terkendali.

"Makanan yang menenangkan tidak hanya enak, tetapi juga mengurangi dampak hormon stres," jelasnya.

Ia menjelaskan, makanan yang manis dan bertepung membuat tubuh memproduksi serotonin sehingga kita merasa lebih senang dan menurunkan hormon kortisol yang memicu stres.

Sejumlah penelitian membuktikan, makanan tinggi karbohidrat juga dapat mengurangi perasaan tertekan, kecemasan dan mudah tersinggung.

Sedangkan makanan berlemak seperti daging dan keju memiliki efek mati rasa, yang membantu mengurangi respons emosional terhadap stres.

Rennis menambahkan, bukan kebetulan jika sejumlah comfort food favorit saat ini seperti keju dan burger lahir ketika era Great Depression, sekitar tahun 1930-an.

"Makanan itu lahir sebagai jawaban atas kebutuhan konsumen di masa-masa sulit," terangnya.

Digemari Karena Sarat Nilai Nostalgia

Alasan lain yang membuat comfort food begitu digemari adalah nilai nostalgia yang dimilikinya. Banyak orang punya kenangan tersendiri akan makanan tertentu, misalnya erat dengan masa kecil atau mengingatkan pada momen menyenangkan.

Jason Bravo, Profesor Pendidikan Kesehatan di kampus yang sama menyebutkan kenangannya bisa berbeda-beda untuk setiap orang.

"Mungkin saja mengingatkan kita pada cinta orang tua atau pengasuh, dan ingatan itu sangat terkait dengan pengalaman makan bersama sejak masa kanak-kanak,” kata Bravo.

Bisa pula makanan yang sering dimasak oleh ibu atau es krim favorit yang sering dimakan saat liburan sekolah ketika masih kecil.

Apapun pilihannya, makanan tersebut mencerminkan masakan budaya kita dan biasanya membuat kita berpikir tentang rumah.

Benang merah yang paling umum, comfort food mengingatkan kita tentang betapa terlindungi dan amannya perasaan kita di masa kanak-kanak, tambah Jason.

Kecenderungan menikmati comfort food untuk menghilangkan stres adalah upaya tidak sadar untuk memperbaiki suasana hati dan mengurangi perasaan negatif.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/16/143754120/mengapa-kita-membutuhkan-comfort-food-saat-sedang-stres

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke