Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Jawaban Kekhawatiran Orangtua Soal Vaksin Covid-19 pada Anak

KOMPAS.com - Pemberian vaksin Covid-19 kepada anak usia 12 sampai 17 tahun sudah mulai dilakukan. Hal ini menjadi hal yang melegakan sekaligus mengkhawatirkan bagi banyak orangtua.

Vaksinasi pada anak bisa mengurangi anak terpapar virus Corona, khususnya varian Delta yang dinilai lebih berbahaya. Apalagi kasus Covid-19 pada anak juga cukup tinggi di Indonesia.

Namun masih banyak orangtua yang ragu apakah anaknya perlu divaksin, bagaimana keamanannya, dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Sebenarnya, para ahli di bidang pediatri, penyakit menular, dan imunisasi anak sudah bersepakat bahwa manfaat vaksin jauh lebih besar daripada risikonya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga termasuk pihak yang mendorong pemberian vaksin Corona kepada anak.

Di sisi lain, sangat wajar apabila orangtua memiliki banyak pertanyaan soal pemberian vaksin kepada buah hatinya. Berbagai kecemasan itu datang dari keinginan untuk melindungi dan menjaga anaknya.

Agar tak pusing lagi, simak jawaban para ahli untuk berbagai kekhawatiran orangtua soal vaksin Covid-19.

  • Anak tidak mudah tertular Covid-19, mengapa mereka perlu divaksin?

Sudah banyak kasus yang membuktikan anak dan remaja positif Corona. Mereka memang memiliki risiko yang lebih rendah tapi bukan berarti mustahil terinfeksi.

Data yang disajikan kepada Komite Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat tentang Praktik Imunisasi (ACIP) menunjukkan, remaja sebagai kelompok, usia 12 hingga 17 tahun, jauh lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena Covid-19 daripada influenza.

Memvaksinasi anak melindungi mereka dari infeksi dan komplikasi Covid-19 yang serius. Termasuk pula kerusakan jangka panjang pada jantung akibat kondisi peradangan pasca infeksi.

Selain itu, semakin banyak orang yang divaksinasi, semakin sedikit peluang virus untuk bereplikasi, bersirkulasi, dan bermutasi.

Julie Boom, MD, profesor pediatri di Baylor College of Medicine, Houston, AS menilai pemberian vaksin pada anak membuat mereka lebih mudah beraktivitas seperti sedia kala.

"Orang tua benar-benar perlu menyadari bahwa memvaksinasi anak tidak hanya akan membantu mereka kembali ke aktivitas normal sehari-hari, tetapi juga membantu komunitas dan bangsa kita kembali hidup seperti yang kita ketahui sebelum Covid," katanya.

  • Vaksin dibuat terburu-buru, bagaimana keamanannya?

Vaksin untuk corona memang dibuat dengan terburu-buru karena terdesak dengan urgensinya. Namun produksinya dilakukan berdasarkan penelitian dan uji klinis yang bisa dipertanggungjawabkan.

"Prosesnya dipercepat, tidak semata terburu-buru," terang Tan, PhD, chief strategy officer di Immunization Action Coalition, organisasi nirlaba di AS yang fokus pada layanan kesehatan dan masyarakat.

Ia menjelaskan, vaksin ini tidak muncul begitu saja melainkan sebagai produk dari dua dekade studi praklinis dan pengalaman masa lalu.

Para peneliti pernah mengembangkan vaksin untuk dua virus corona sebelumnya yakni SARS dan MERS, yang kemudian dikembangkan lebih jauh.

  • Efek jangka panjangnya pada anak belum diketahui

Vaksin dibuat dengan tujuan seaman mungkin untuk kebutuhan anak maupun orang dewasa. Sejumlah vaksin yang beredar bagi anak saat ini, Sinovac dan Pfizer, memang memiliki efek samping.

Namun gejalanya masih tergolong normal seperti nyeri di tempat suntikan, kelelahan, dan sakit kepala.

Beberapa keluhan lain yang lebih jarang misalnya menggigil, nyeri otot, demam, nyeri sendi, dan pembengkakan atau kemerahan di tempat suntikan.

Tan menambahkan, sebagian besar efek samping vaksin muncul dalam 60 hari pertama setelah menerima vaksin.

Sejauh ini tidak ada laporan soal efek samping serius terkait vaksin Covid pada anak meski dunia kesehatan masih terus melakukan pemantauan.

  • Bisa mempengaruhi kesuburan anak

Salah satu ketakutan yang dikhawatirkan orangtua adalah vaksin dapat membuat anak remajanya tidak subur dan terganggu secara hormonal.

Para ilmuwan mengatakan tidak ada dasar untuk membuat klaim seperti itu. Vaksin tidak mempengaruhi kesuburan saat ini atau masa depan, baik pada wanita atau pria.

Ketika kita divaksin, sistem kekebalan tubuh merespons dengan membuat antibodi pelindung. Jika anak terkena virus di masa mendatang, sistem kekebalannya akan tahu cara melawannya.

Tan menjelaskan, tidak ada mekanisme yang bisa membawa vaksin ke dalam inti sel, tempat gen diproduksi. Karena itu, vaksin tidak bisa mempengaruhi telur atau sperma atau sel-sel organ reproduksi.

  • Risiko alergi serius pada anak karena pemberian vaksin Covid-19

Christina Johns, MD, seorang dokter anak dan penasihat medis senior di PM Pediatrics di Annapolis, Maryland, AS menjelaskan gejala alergi parah yang berpotensi mengancam nyawa alias anafilaksis karena vaksin Corona sangat rendah.

"Sebenarnya, tingkat anafilaksis sangat rendah dengan puluhan juta orang yang telah divaksinasi," katanya.

Jika pernah memiliki riwayat alergi parah, dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter anak sebelum vaksin.

Orangtua juga dianjurkan mengamati respon tubuh anak selama 15 menit, atau 30 menit jika ada riwayat alergi, setelah vaksin.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/01/155728820/5-jawaban-kekhawatiran-orangtua-soal-vaksin-covid-19-pada-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke