Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Remaja Meltdown, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

KOMPAS.com – Saat menginjak usia remaja, tak jarang mood anak pun naik-turun. Terkadang ia terlihat bahagia, lalu beberapa saat kemudian, ia sangat marah hingga membanting pintu.

Memang, tak aneh jika anak remaja mengalami meltdown. Banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya, seperti pubertas, stres karena nilai yang buruk, atau mengalami masalah dengan teman-teman mereka.

Di saat inilah, orangtua perlu membantu anak dalam menghadapi meltdown yang dialaminya.

Namun, orangtua pun perlu berhati-hati saat menangani anak remaja yang tengah meltdown. Sebab, meski terdapat solusi yang tepat dalam menanganinya, ada beberapa hal yang bisa memperparah meltdown anak.

Berikut ini, ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan dan yang bisa dilakukan orangtua saat anak meltdown.

Hal yang tidak boleh dilakukan saat remaja meltdown

Jangan marah pada anak

Marah, menghina, atau mengejek anak remaja saat ia merasa emosi hanya akan membuat masalah semakin parah.

Beberapa kalimat teguran, atau meminta agar mereka “bersikap dewasa” akan melukai hati anak dan memperparah meltdown. Ingat, meski merasa kesal, jangan pernah membuat anak semakin sakit hati.

Memperparah masalah atau mengancam

Orangtua cenderung mengeluarkan ancaman atau memberikan ultimatum dengan harapan anak akan tenang. Meski kadang berhasil, itu bukan strategi terbaik untuk digunakan ketika anak remaja mengalami meltdown.

Sebab, tingkat stres tinggi, emosi bergejolak dan mengatakan sesuatu akibat marah dapat membuat hubungan orangtua dan anak meregang.

Para ahli juga mengatakan bahwa mengancam juga akan membuat anak salah paham. Mereka kelak akan meniru memakai ancaman untuk menyelesaikan masalah, bukannya berkomunikasi.

Jangan mengambil alih masalah

Beberapa orangtua terkadang mencoba menyelamatkan anak dari meltdown dengan langsung mengambil alih masalah anak guna mengurangi masalah mereka.

Padahal, ini bukan taktik yang efektif, sehingga sebaiknya dihindari. Bahkan, jika orangtua ingin yang terbaik bagi anaknya, ingatlah bahwa memikirkan hal logis pada saat stres tinggi hampir tidak berguna.

Jadi, campur tangan terlalu jauh pada anak justru tidak disarankan karena bisa menimbulkan salah arti sebagai terlalu mengatur.

Hal yang harus dilakukan saat remaja meltdown

Tetaplah tenang

Agar anak tenang, orangtua pun harus ikut tenang.

Saat situasi memanas atau terjadi teriakan, memang mudah untuk menjadi kesal. Namun, menghindari masalah, tetap tenang, dan tidak terlalu beraksi pada meltdown akan membantu emosi anak ikut mereda.

Jadi, mintalah anak untuk menghabiskan waktu sendirian dalam menghadapi meltdown mereka. Lalu, selesaikan masalah bersama saat semua tenang.

Tetap santai dan tarik napas dalam-dalam

Seperti yang sudah disebutkan di atas, melihat anak beraksi buruk, menangis atau berteriak, apalagi di depan umum, tentu akan membuat orangtua kesal.

Namun, dibanding ikut berteriak, mengancam, atau mengatakan sesuatu yang akan kita sesali kemudian, lebih baik tarik napas panjang dan cobalah untuk berhitung dalam hati dan menunggu sampai meltdown anak usai.

Hal ini bisa menjadi strategi yang berguna untuk menghadapi segala jenis meltdown dan membuat anak remaja yang bermasalah belajar mengendalikan diri.

Jangan terlibat atau menyerah pada meltdown anak

Terakhir, ingatlah bahwa terlepas dari seberapa buruk atau menyakitkan meltdown atau pertengkaran itu, orangtua tidak boleh terlibat atau menyerah saat stres dan emosi mereka berada di puncaknya.

Semakin kita menjauh, semakin baik dan akan membantu seorang anak remaja belajar menghadapi masalah sendiri.

Jadi, jika ia balas membentak atau menuntut perhatian, jangan membalas. Cukup beritahu mereka bahwa kita hanya akan meresponsnya jika mereka sudah tenang dan tidak berteriak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/23/085058920/anak-remaja-meltdown-apa-yang-harus-dilakukan-orangtua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke