Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Reverso, Arloji Unik yang Bisa Dibalik

KOMPAS.com - Sedikit saja pembuat jam yang memiliki memiliki derajat seperti Jaeger-LeCoultre. Merek ini dihormati bahkan di kalangan pembuat jam mewah berkat ratusan penemuan dan paten; serta telah membuat lebih dari seribu dua ratus mesin jam.

Konon penghargaan dan piala yang diterima pembuat jam ini begitu banyak, sehingga untuk menyimpannya sampai ditumpuk.

Namun bagi Jaeger-LeCoultre, penemuan tertinggi yang paling mereka hargai adalah jam tangan ikonik bernama Reverso.

Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1931, Reverso langsung menjadi ikon dunia jam tangan, karena casingnya yang bisa diputar dan desain Art Deco yang tak lekang oleh waktu. Berselang 90 tahun kemudian, Reverso masih menjadi salah satu jam tangan yang paling dicari.

Tidak sulit untuk mengetahui alasannya: Reverso merupakan jam tangan serbaguna yang pernah dibuat. Elegan namun kuat, sporty sekaligus bergaya, penuh tradisi tapi tetap modern. Sifat ganda Reverso seolah melampaui dua wajahnya.

Mungkin ini karena sejarahnya. Yang tidak banyak diketahui orang adalah bahwa jam tangan ini lahir karena tantangan: yakni membuat jam tangan yang bisa dipakai bermain polo tanpa khawatir tergores, pecah, atau hancur.

Di sana, para perwira tentara Inggris yang sering bermain polo menanyakan apakah dia bisa menemukan cara untuk melindungi kaca dan dial jam tangan mereka selama pertandingan?

Dari situlah de Trey memiliki ide membuat casing yang bisa diputar.

Dia lalu menghubungi LeCoultre untuk memproduksinya dan, melalui koneksi dengan Jaeger, seorang desainer industri Prancis, René-Alfred Chauvot, dilibatkan untuk merancang casing.

Pada tanggal 4 Maret 1931, kantor paten Paris menerima aplikasi untuk “jam tangan yang dapat digeser dari platformnya dan bisa dibalik” tersebut.

Pada bulan Juli, de Trey membeli hak atas desain Chauvot, dan pada bulan November dia mendaftarkan nama Reverso.

Dengan semangat untuk segera memperkenalkan desain revolusioner tersebut, de Trey dan Jacques-David LeCoultre membentuk kemitraan bisnis dan mulai memproduksi Reverso. Arloji pertama dijual kurang dari sembilan bulan setelah aplikasi paten diajukan.

Rupanya karya baru ini disukai banyak orang dari berbagai kalangan. Hal ini mendorong munculnya variasi Reverso, misalnya casing berbahan emas serta baja Staybrite, ada juga model feminin, dengan opsi untuk dikenakan sebagai liontin atau klip tas tangan.

Lalu bagi yang ingin berbeda, mereka bisa memesan dial lacquer dengan warna terang, atau menghiasi sisi belakang casing dengan ukiran dan pernis.

Lalu pada tahun 1969, saat arloji kuarsa (quartz) pertama muncul, industri jam tangan Swiss mengalami krisis. Pasalnya arloji quartz harganya lebih murah, perawatannya mudah, sekaligus lebih akurat. Memakai arloji quartz juga dianggap lebih modern (saat itu).

Reverso pun dilupakan.

Karena kurang laku, distributor Jaeger-LeCoultre di Italia, Giorgio Corvo membeli 200 casing Reverso terakhir yang tersisa, memasangi mesin mekanis, dan uniknya, bisa menjualnya dalam waktu satu bulan. Pada tahun 1975 Reverso secara resmi dilahirkan kembali.

Hal tersebut memberi kesadaran bahwa jam mekanis masih diminati. Bahkan bagi orang yang mengerti, jam mekanis dianggap sebagai karya seni berkat kerumitan mesinnya yang dibuat dengan tangan.

Karenanya Jaeger-LeCoultre kemudian memutuskan untuk membuat casing sendiri, dan pada tahun 1981, menugaskan salah satu insinyurnya, Daniel Wild, untuk mendesain ulang casing dengan standar teknis modern.

Mengingat status Reverso sebagai desain klasik, Wild diharuskan membuat setiap perubahan estetika itu tak terlihat.

Pada tahun 1985, casing baru diperkenalkan dan dipasangi mesin yang dikerjakan di Jaeger-LeCoultre. Seri ini tahan air, tahan debu, dengan mekanisme flip-over baru beserta platform dan lug yang didesain ulang.

Lalu meski terdiri dari 55 bagian --bukan 23 seperti aslinya-- secara gaya, kenampakannya tidak berubah.

Semenjak itu koleksi Reverso berkembang, termasuk hadirnya Reverso Duoface pada tahun 1994, yang memiliki dua dial, satu menunjukkan waktu lokal, dan dial sebaliknya menunjukkan waktu di tempat lain.

Ketika itu, kebanyakan jam memiliki dial berwarna perak, sedangkan model Reverso asli menggunakan dial hitam dengan indeks kontras. Dial hitam digambarkan memiliki keterbacaan lebih jelas dan disebut sebagai "dial masa depan".

Jaeger-LeCoultre bahkan menawarkan dial berwarna langka dalam pembuatan jam, seperti merah terang, coklat, merah anggur, atau pernis biru sehingga membuat Reverso tampak lebih modern dan khas.

Meski begitu, tidak pernah ada perbedaan pada elemen desain inti, terutama bentuk geometri bujursangkar dengan rasio panjang dan lebar didasarkan pada golden ratio – sebuah hitungan matematis yang didefinisikan oleh orang Yunani kuno, yang secara alami merupakan proporsi yang estetis.

Selain itu, desain Reverso ternyata memiliki manfaat yang tidak terduga. Jika pada awalnya sisi logamnya menjadi solusi untuk menghindari kerusakan pada dial, pada perkembangannya sisi itu dianggap sebagai kanvas untuk menorehkan karya seni.

Permukaan logam tersebut menjadi tempat di mana pemesan bisa meletakkan monogram, lambang, atau pesan pribadi menggunakan pernis, ukiran atau enamel.

Ada juga Reverso bertuliskan D Mac A, milik Jendral Douglas McArthur yang memimpin pasukan Amerika dalam perang Pasifik.

Di India, Maharaja Karputala pernah memesan 50 jam tangan Reverso dengan miniatur potret istrinya yang dicat pada bagian belakang casing menggunakan enamel.

Meskipun semua arloji Maharaja ini tidak ada yang ditemukan lagi, namun Jaeger-LeCoultre memiliki Reverso serupa dalam koleksinya dari tahun 1936, dengan wajah perempuan India yang diduga wajah Kanchan Prabha Devi, Maharani dari Tripura.

Sayangnya pada pertengahan abad ke-20 selera publik berubah lagi, sehingga kerajinan artistik tradisional seperti enameling, lukisan miniatur dan guillochage mulai menghilang karena dianggap kuno.

Untunglah pada tahun 1990-an industri arloji mekanik bangkit dan dianggap sebagai karya seni. Hal ini juga memicu minat baru pada kerajinan tradisional untuk menghias jam tangan.

Pada tahun 1996, Jaeger-LeCoultre merilis arloji pertamanya yang didekorasi dengan enamel grand feu secara modern. Enamel kemudian menjadi ciri khusus koleksi Reverso, dan hingga hari ini, Jaeger-LeCoultre menjadi satu dari sedikit watchmaker
yang memiliki atelier enamel sendiri.

Unit ini berkembang dengan bergabungnya pengukir, pengrajin permata, dan ahli guillochage, di mana para seniman ini menciptakan hiasan yang semakin rumit dan spektakuler.

Kini kita bisa melihat berbagai koleksi Reverso yang dihias dengan apik sehingga menjadi karya seni luar biasa.

Mulai dari penanaman tourbillon atau sistem penggerak untuk mengurangi pengaruh gravitasi, hingga kalender abadi (perpetual calendar), lonceng yang berdenting, kronograf, minute repeater, hingga gerakan bulan.

Uniknya, semua itu dibuat dalam casing berbentuk kotak khas Reverso yang memberikan kesulitan tersendiri dibanding bentuk bulat pada jam tangan lain.

Namun walau Reverso modern memiliki berbagai kerumitan tinggi, arloji ini digemari sampai sekarang bukan karena kerumitan mekanisnya, melainkan pada kecerdikan konsepnya.

Kini Reverso lebih dikenal sebagai jam tangan untuk menunjang penampilan. Tetapi pemakainya masih menyukai casingnya yang bisa berputar. Bukan untuk sekedar berganti wajah, tetapi juga menjadi cara untuk menyembunyikan ukiran rahasia, atau menyimpan karya seni yang misterius.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/03/104637420/kisah-reverso-arloji-unik-yang-bisa-dibalik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke