Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Bangga Jadi Workaholic, Ini Berbagai Dampak Buruknya

Mereka yang tergolong workaholic merasakannya sebagai pencapaian apabila mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk bekerja.

Seringkali durasi bekerja dikaitkan dengan loyalitas pekerja terhadap tempat kerjanya.

Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu workaholic di beberapa kantor atau perusahaan, terutama di kota-kota besar.

Padahal, menurut studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bekerja terlalu lama atau lebih dari 55 jam seminggu berdampak negatif bagi kesehatan.

Bahaya workaholic untuk kesehatan

Durasi bekerja yang normal sebenarnya sekitar 40 jam saja per minggu.

Tapi faktanya, banyak pekerja melampui batasan normal ini dengan berbagai sebab.

Menurut penelitian, bekerja lebih dari 55 jam dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, suatu kondisi nyeri dada berulang atau ketidaknyamanan dan stroke.

Orang-orang yang workaholic cenderung mengalami peningkatan kadar kortisol atau hormon stres.

Hal ini bisa berakibat pada kabut otak, tekanan darah tinggi, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya.

“Ini seperti mobil yang mencoba berjalan dengan jumlah bahan bakar yang sangat terbatas di dalam tangki,” kata psikolog Clevelad Clinic, AS Dr. Adam Borland.

Selain merasa kelelahan, orang yang terlalu banyak bekerja akan mengalami:

1. Durasi tidur berkurang

Kurangnya tidur bisa menjadi salah satu tanda seseorang terlalu banyak bekerja.

Hal ini tidak boleh dibiarkan sebab tidur bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

Mengorbankan waktu tidur demi pekerjaan dapat memengaruhi cara kita saat mengatasi stres, memecahkan masalah, atau pulih dari penyakit.

2. Tidak makan di siang hari

Padatnya rutinitas pekerjaan seringkali membuat orang lupa makan siang.

Padahal, melewatkan makan dapat menyebabkan kadar gula darah turun, energi rendah, dan kemungkinan makan makanan yang tidak sehat di kemudian hari.

3. Tidak berolahraga

Olahraga tidak sekadar dapat menjaga kebugaran tubuh, tapi juga mampu mengatasi stres.

Disarankan agar berolahraga intensitas sedang selama 150 menit atau 75 menit aktivitas aerobik setiap minggu.

Cara ini dapat membantu mencegah depresi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol.

Manfaart lainnya membantu mengontrol gula darah, mengurangi risiko penyakit jantung, dan diabetes.

Jadi jangan biarkan kebiasaan "gila kerja" menghalangi kita tidak melakukan olahraga apapun.

4. Mengabaikan relasi dan hubungan

Menjadi workaholic bisa merusak hubungan kita dengan seseorang, apalagi jika sudah memiliki kekasih.

Padahal memiliki koneksi secara sosial juga dapat membantu mengatasi kesepian, mempertajam ingatan dan keterampilan kognitif, dan meningkatkan rasa kebahagiaan dan kesejahteraan.

5. Mengonsumsi narkoba atau alkohol

Dr. Borland mengatakan, narkoba dan alkohol seringkali menjadi pelarian bagi orang yang terlalu stres dan sibuk bekerja.

Penyalahgunaan zat terlarang ini padahal berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan produktivitas.

Efek lainnya termasuk meningkatan cedera fisik saat bekerja, dan memengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus.

Jika berlebihan, dan terbiasa bekerja lebih dari 55 jam, ia mungkin mengalami burnout.

Kondisi tersebut menandakan rusaknya work life balance yang dibarengi dengan berbagai gejala lainnya, antara lain:

  • Berhenti merawat diri sendiri
  • Tidak fokus pada kesehatan mental
  • Pekerjaan tidak lagi terasa berarti
  • Terus-menerus khawatir tentang kinerja pekerjaan
  • Kesulitan menetapkan batasan antara rumah dan kantor
  • Merasa kesepian.

“Llbih banyak tekanan yang diberikan pada orang-orang di angkatan kerja dan tidak ada cukup jam atau karyawan untuk mengambil jumlah pekerjaan yang diperlukan,” kata Dr. Borland.

“Akibatnya, tingkat stres orang sangat tinggi.”

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/28/120448620/jangan-bangga-jadi-workaholic-ini-berbagai-dampak-buruknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke