Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Tepat Jalin Hubungan dengan Anak Broken Home

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Anak yang memiliki keluarga tak harmonis atau kerap disebut dengan broken home sering kali mendapat stigma negatif. Mereka dianggap mempunyai pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar.

Stigma inilah yang akhirnya membuat anak broken home mendapatkan perlakuan tak menyenangkan. Terlebih, jika ada orangtua yang anaknya berpacaran dengan mereka. Orangtua pun jadi lebih khawatir.

Hal ini pun juga dialami oleh tokoh Nita dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Pacar Anakku Bermasalah Part 2”. Dikisahkan kekasihnya berasal dari keluarga broken home. Oleh sebab itu, ibu Nita pun khawatir akan masa depan anaknya.

Meskipun begitu, bukan berarti anak broken home tak boleh mendapat kasih sayang. Mereka juga berhak untuk mencintai dan dicintai. Oleh sebab itu, diperlukan kiat-kiat agar ketika menjalin hubungan, kita bisa lebih memahaminya dan tidak melukai perasaan mereka.

1. Ada Beberapa yang Menderita Trust Issue

Beberapa anak dengan keluarga kurang harmonis memiliki krisis kepercayaan. Ini disebabkan karena ia merasa telah dikhianati oleh keluarga secara berulang kali.

Sementara itu, kepercayaan adalah hal terpenting yang harus ada dalam suatu hubungan. Oleh sebab itu, jika menjalin hubungan dengan anak broken home, kita harus bisa menjaga kepercayaannya.

Kita bisa mulai mengajaknya berbicara seputar hal-hal yang meresahkan. Dari situ, buatlah kesepakatan yang nantinya bisa menjadi acuan dalam hubungan kalian. Hal ini dilakukan agar pasangan ingat dengan komitmen yang telah dibuat.

2. Terkadang Enggan Membicarakan Dirinya

Di awal-awal menjalin hubungan, terkadang anak broken home enggan membicarakan kehidupannya. Kita tentu akan merasa bahwa mereka telah mengetahui sepenuhnya tentang diri kita, tapi tidak dengan sebaliknya.

Ternyata, ini adalah hal normal yang terjadi dalam suatu hubungan. Seiring berjalannya waktu, ia akan lebih terbuka. Dengan catatan, kita harus siap sedia mendengarkan segala keluh-kesahnya.

Berikan ruang jika ia mulai membicarakan masalah hidupnya, terlebih persoalan seputar keluarga. Dengarkan dan berikan tanggapan positif agar mereka bisa lebih terbuka.

Mengetahui kehidupan masa lalunya bisa berdampak baik pada kepercayaan dalam hubungan.

3. Mereka Lebih Mandiri

Beberapa anak broken home lebih mandiri dari yang kita kira. Oleh sebab itu, jika sewaktu-waktu mereka tak menghubungi kita, itu bukan berarti lupa.

Secara teknis, anak broken home sudah dipaksa untuk mandiri di usia yang sangat muda. Tak jarang ia harus mengurus saudara hingga diri sendiri.

Namun, jangan biarkan hal ini terus-menerus. Tetap tanyakan bagaimana kabar dan kondisinya. Mulailah membuka percakapan agar ia merasa tak menanggung semua beban sendirian.

4. Bertemu dengan Keluarga Bisa Memberikan Beban

Keluarga adalah penyebab trauma paling utama bagi anak broken home. Oleh sebab itu, membicarakan keluarga yang harmonis mungkin membuatnya tak nyaman. Terlebih jika kita mengajaknya untuk bertemu dengan keluarga secara tatap muka.

Jika belum siap, kita tak boleh memaksakan pertemuan itu. Hal ini tentu bisa memberikan beban padanya karena pada dasarnya ia tak tahu bagaimana cara bertatapan langsung dengan keluarga harmonis.

Untuk memulainya, kita bisa mengenalkan keluarga secara bertahap dan perlahan. Kenalkan juga pasangan pada keluarga agar mereka bisa saling mengerti kondisi satu sama lain. Bawalah ia ketika sudah siap.

Perhatikan juga bagaimana interaksinya dengan keluarga. Apabila sudah menunjukkan raut tak nyaman, kita bisa mengubah topik pembicaraan atau menenangkannya.

5. Argumen Berpotensi Meluapkan Emosi

Bagi anak broken home, beradu argumen bisa menjadi awal malapetaka. Ia cenderung lebih banyak diam daripada berbicara. Ini disebabkan karena kecemasan menghantui pikirannya.

Ia justru menyalahkan dirinya atas pertengkaran ini. Bahkan, terlintas pula pikiran kalau kita akan meninggalkannya. Skenario ini terulang karena ia mengingat bagaimana keluarga meninggalkannya.

Oleh sebab itu, kita harus lebih bijak dalam berargumen. Jika memiliki keresahan terhadapnya, komunikasikanlah secara asertif. Hindari meluapkannya dengan cara kasar dan membentak.

Kita juga tak boleh memendam karena takut melukai perasaannya. Jika ada masalah yang menghadang suatu hubungan, bicarakan dengan baik-baik sampai menemukan solusinya.

Memiliki pasangan dengan latar belakang keluarga tak harmonis memang menjadi tantangan bagi beberapa orang. Diperlukan pemahaman khusus terhadap topik-topik tertentu agar tak melukai hatinya.

Dengarkan kisah menarik lainnya seputar keluarga dalam balutan drama audio melalui siniar Obrolan Meja Makan di Spotify. Tak hanya itu, ada pula beragam informasi seputar parenting yang wajib diketahui Moms and Dads.

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya!

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/20/210000420/cara-tepat-jalin-hubungan-dengan-anak-broken-home

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke