Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Hal yang Kerap Dilakukan Orangtua Ketika Menerapkan Tiger Parenting

KOMPAS.com - Bicara soal tiger parenting, pola pengasuhan ini disebut-sebut melahirkan anak yang berdisiplin tinggi dan berprestasi.

Namun, di balik ketenarannya, sebagian orang tidak setuju dengan pola pengasuhan itu lantaran dinilai memberikan dampak buruk bagi si buah hati.

Dilansir dari Very Well Family, tiger parenting adalah pola pengasuhan ketat dan otoritatif supaya anak yang dibesarkan sukses.

Istilah tiger parenting mulai populer ketika penulis Amy Chua membagikan kisahnya dalam buku berjudul "Battle Hymn of the Tiger Mom".

Kendati demikian, tiger parenting sudah diterapkan sejak abad kelima ketika filsuf yang juga mahaguru asal Tiongkok, Konfusius, mencetuskannya.

Cara mendidik ala tiger parenting

Anak yang dibesarkan dengan cara tiger parenting mendapat dorongan untuk memenuhi harapan yang tinggi dari orangtua.

Si buah hati juga tidak diberikan banyak kesempatan untuk berdiskusi dengan orangtuanya karena pola pengasuhan ini begitu ketat.

Nah, ketika orangtua menerapkan tiger parenting kepada anaknya, mereka akan melakukan beberapa hal sebagai berikut.

1. Pengasuhan terlalu ketat

Ketika orangtua menerapkan tiger parenting, mereka fokus pada kerja keras anak dan mengorbankan work life balance demi kesuksesan jangka panjang.

Ini artinya, anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan itu tidak diberikan banyak ruang untuk bersenang-senang, seperti pergi ke acara ulang tahun atau pesta bersama teman.

Orangtua yang membesarkan anaknya dengan tiger parenting juga melarang keras si buah hati mengonsumsi alkohol, narkoba, termasuk pacaran.

Ketiga hal tersebut dipandang oleh mereka dapaat mengganggu anak untuk mencapai tujuannya.

2. Harapan tinggi

Tiger parenting membuat orangtua mentargetkan harapan yang terlalu tinggi untuk anaknya supaya berprestasi dan selalu menjadi yang terbaik.

Anak dibebani tanggung jawab untuk sukses dalam segala hal yang mereka lakukan dan dimarahi apabila gagal.

Ketidakmampuan anak mencapai keberhasilan dipandang oleh orangtua akan mempermalukan nama keluarga.

Tak heran apabila anak yang dibebani harapan tinggi menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar, bimbingan belajar, dan kegiatan lainnya.

Hal tersebut dilakukan anak supaya mereka berprestasi dan diterima di perguruan tinggi yang bergengsi.

3. Membuat anak takut

Orangtua yang menerapkan tiger parenting punya otoritas yang begitu kuat terhadap anaknya.

Selama anak tumbuh menjadi dewasa, mereka sengaja mendidik si buah hati supaya menghormati mereka.

Anak tentunya tidak memiliki cukup ruang untuk berdiskusi apalagi menentang pendapat orangtua.

Pasalnya, mereka takut dimarahi atau diberi hukuman apabila tidak setuju dengan orangtuanya.

Anak kemungkinan takut tidak diberi jatah makan, dipukul, atau dibentak oleh orangtuanya apabila berani melawan.

4. Keputusan di tangan orangtua

Ketika tiger parenting diterapkan, orangtua memiliki kendali penuh dan kehidupan atas anaknya.

Anak yang dibesarkan menggunakan pola pengasuhan itu tidak diberikan kesempatan untuk membuat keputusan sendiri.

Pada gilirannya, orangtualah yang berhak menentukan apa yang dilakukan anak.

Di samping itu, kebanyakan orangtua yang menerapkan tiger parenting tidak memiliki kesabaran atau memahami kepribadian, perasaan, dan pikiran anak.

Mereka juga tidak mau tahu tentang cara pandang anak sebagai individu yang unik.

Pada intinya, mereka berpikiran apa yang diimpikan oleh orangtua seharusnya juga dipahami dan dijadikan acuan oleh anaknya.

5. Sukses berarti berprestasi

Tolok ukur kesuksesan setiap orang berbeda-beda, namun orangtua yang menggunakan tiger parenting fokus kepada prestasi.

Orangtua seperti itu mendifinisikan kesuksesan berdasarkan status, kekuatan, dan kehormatan yang dapat diberikan anak kepada keluarga.

Misalnya, anak dituntut menjadi dokter, pengacara, mendapatkan IPK di atas 3,5 memiliki banyak uang, termasuk menjuarai kompetisi.

Ketika anak dibesarkan dengan tiger parenting, kecerdasan emosional, kreativitas, cara berpikir kritis, dan soft skill lainnya tidak dipandang penting.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/10/115930520/5-hal-yang-kerap-dilakukan-orangtua-ketika-menerapkan-tiger-parenting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke