Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Strawberry Generation Begitu Lemah dalam Dunia Kerja?

KOMPAS.com - Strawberry generation merupakan sebuah istilah yang merujuk pada generasi muda yang kreatif dan inovatif, namun mental mereka dianggap begitu lemah, apalagi di dalam dunia kerja.

Strawberry generation seringkali dianalogikan sebagai generasi muda yang tidak kompeten di dunia kerja perihal kontribusi mereka di dalam perusahaan.

Menurut laman Jeraldine Phneah, sebuah situs yang mengulas serba-serbi karier yang berbasis di Singapura, generasi stroberi digambarkan seperti "anak magang" di sebuah perusahaan.

Di tempat kerja saat ini setidaknya ada empat generasi dominan yang masih aktif berkarier.

Mereka adalah generasi baby boomers, generasi X, Y (milenial) dan Z (Gen Z).

Tak bisa dipungkiri bahwa yang saat ini terjadi adalah pandangan negatif soal lemahnya mental para generasi muda yang dikatakan sebagai strawberry generation.

Fenomena tersebut lantas seolah-olah didukung oleh anggapan sejumlah manajer perusahaan di Singapura (berdasarkan riset internal) yang kerap mengeluh tentang para pekerja magang yang notabene adalah anak muda tidak dapat bekerja sebaik staf senior.

Dalam hal ini, jelas seorang pekerja magang tidak mungkin bisa bersaing secara kompetensi dengan para senior di suatu perusahaan.

Lagi pula, kehadiran para pekerja magang di suatu perusahaan bukanlah untuk berkontribusi, melainkan memberi kesempatan bagi generasi muda untuk menimba ilmu dan menambah pengalaman mereka di dalam dunia kerja.

Menurut Gordon Loh, seorang manajer di salah satu perusahaan global yang berbasis di Singapura mengatakan, ekspektasi dan harapan inilah yang cenderung membulatkan pandangan bahwa generasi muda itu terlihat lemah dan tidak berguna seperti buah stroberi.

"Mereka itu tidak memiliki pengalaman dan karenanya mereka magang di suatu perusahaan."

"Jika kita sebagai orang dewasa (generasi tua) dan staf karyawan penuh waktu tidak mampu memberikan mereka wawasan dan mengajarkan pengalaman kerja, lalu kenapa kita mengeluh?" katanya.

Mereka yang meremehkan kinerja anak magang ini, kata Gordon, seharusnya bisa introspeksi diri ketika mereka dulu masih menjadi anak baru di dunia kerja dan mencari pengalaman di suatu perusahaan.

"Pengalaman yang mempersiapkan kita untuk tanggung jawab yang lebih besar," tambah dia.

Di samping itu, mengingat kompensasi atau gaji untuk para pekerja magang ini biasanya juga sangat rendah.

Bahkan sejumlah perusahaan ada yang tidak memberikan uang saku atau gaji bulanan sama sekali atas kerja magang mereka.

Gordon pun berpendapat bahwa hukum alam dapat berlaku bagi perusahaan.

Jika memang perusahaan ingin mendapatkan karyawan dengan performa baik, maka hal-hal yang mendasarinya adalah perihal kompensasi.

Atau paling tidak mempekerjakan para staf entry level penuh waktu mungkin bisa jadi alternatif daripada mengharapkan kontribusi anak magang sehingga mereka di-cap sebagai generasi muda yang lemah alias generasi stroberi.

"Terkadang saya terkejut dengan istilah ini. Perusaahn membayar biaya rendah tapi mengeluh tentang anak muda yang tidak kompeten."

"Ini bagaikan membeli tas seharga 10 dollar di Pasar Malam, lalu mengeluh kualitasnya yang tidak sebaik tas Prada." pungkas Gordon.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/26/122252320/benarkah-strawberry-generation-begitu-lemah-dalam-dunia-kerja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke