Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Manusia Bisa Sulit Berempati?

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Dari situ, muncul sikap empati yang berarti turut merasakan perasaan itu dan turut membantunya.

Bahkan, dalam To Kill a Mockingbird seorang karakternya mengatakan, "Kamu tidak akan pernah benar-benar memahami seseorang sampai bisa mempertimbangkan sesuatu melalui sudut pandangnya.”

Namun, sayangnya tak semua manusia memiliki sifat ini. Banyak pula manusia yang tak menunjukkan adanya rasa empati saat berhadapan dengan manusia lainnya yang sedang terkena musibah atau mendapat berita bahagia.

Dijelaskan pula oleh Mustika Ramadyanti, Senior Trainer Yayasan Teman Saling Berbagi, dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Empathy Is I Want to Connect with You” yang dapat diakses melalui dik.si/AnyJiwEpEmpathy bahwa banyak manusia yang sulit berempati.

Lantas, mengapa seseorang bisa sulit berempati pada orang lain?

Penyebab Manusia Sulit Berempati

Dikutip dari Psychcentral, kurangnya empati biasa disebut apatis. Apatis adalah ketidakmampuan untuk mempertimbangkan keadaan emosional orang lain.

Psikolog menganggap sikap apatis merupakan akibat dari depresi, alzheimer, dan kondisi kejiwaan serta neurologis lainnya. Dalam bahasa medis, ini disebut gangguan defisit empati, yaitu ketidakmampuan untuk mengenali bagaimana perasaan yang muncul.

Terkadang, kurangnya empati juga dipahami sebagai perilaku yang diproyeksikan oleh psikopat. Sebab, mayoritas dari mereka dianggap sulit menangani emosi karena pikiran yang sakit.

Meski begitu, mereka tetap bisa mengidentifikasi emosi yang dirasakan oleh orang lain, meskipun tidak dapat membentuk hubungan emosional dengan mereka. Dengan kata lain, mereka pandai menunjukkan empati kognitif tetapi kurang empati emosional.

Lingkungan Sangat Berpengaruh pada Pembentukan Empati

Pada dasarnya, manusia dilahirkan dengan kemampuan merasakan perasaan orang lain. Namun, terkadang, ada penyebab dari luar yang membuat perasaan itu memudar. Terlebih, jika orang tersebut pernah mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan.

Itu sebabnya, keluarga dan lingkungan sekitarnya sangat menentukan cara mereka memandang hubungan manusia. Anak-anak yang kurang dan berlebihan mendapat kasih sayang orangtua bisa menunjukkan tanda-tanda nirempati.

Misalnya, seorang anak yang merasa diabaikan secara emosional oleh orang tua dapat tumbuh menjadi individu yang dingin dan tidak peka terhadap orang lain. Sementara anak yang terlalu dimanjakan hanya berfokus pada keinginan mereka daripada orang lain.

Ketika masalah pengabaian dan pemanjaan berlebihan yang berasal dari masa kanak-kanak tidak ditangani, itu bisa menjadi jelas sebagai sikap tidak menghargai perasaan orang lain.

Selain itu, orang yang pernah terkena pelecehan seksual juga bisa mengakibatkan kurangnya empati. Hal ini disebabkan adanya trauma yang membuat mereka bingung dan terguncang sehingga mereka tumbuh menjadi orang yang tidak siap secara emosional.

Bahkan, rasa takut mereka sudah lebih dulu menghantui sebelum mampu berinteraksi dengan orang lain.

Lantas, bagaimana cara menumbuhkan sikap empati? Yuk, langsung aja dengerin siniar Anyaman Jiwa episode “Empathy Is I Want to Connect with You” di Spotify.

Selain pembahasan seputar empati, ada pula informasi dan kisah seputar kesehatan mental untuk menunjang kehidupan sosial, romansa, dan kariermu!

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut https://dik.si/AnyJiwEpEmpathy.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/04/150000620/kenapa-manusia-bisa-sulit-berempati-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke