Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Pelaku Perselingkuhan Membenarkan Tindakan Mereka

KOMPAS.com - Perselingkuhan masih menjadi masalah umum dalam hubungan asmara.

Jika kita pernah berada dalam posisi sebagai "korban" perselingkuhan, mungkin lebih baik kita menggali lebih dalam apa yang sebenarnya dipikirkan pasangan saat berselingkuh.

Biasanya, pasangan yang berselingkuh mencoba membenarkan perbuatan mereka sebelum atau setelah berselingkuh.

Pelaku perselingkuhan tahu apa yang mereka lakukan salah, tetapi berusaha meyakinkan diri bahwa hal itu baik-baik saja karena beberapa faktor.

Mereka pandai bernegosiasi dan akan melontarkan alasan apa pun untuk mengurangi rasa bersalah karena mengkhianati pasangannya.

"'Saya merasa kebutuhan saya tidak terpenuhi dalam pernikahan' adalah alasan yang sering dikatakan oleh pasangan yang berselingkuh," kata Rachel Sussman, pakar hubungan, psikoterapis, dan penulis The Breakup Bible.

"Baik pria maupun wanita yang berselingkuh tidak mendapatkan koneksi emosional yang dicari dari pasangan mereka."

Perasaan pasangan, menurut Sussman, mungkin dapat dibenarkan. Tetapi tindakan berselingkuh bukanlah respons yang benar terhadap emosi tersebut.

"Masalahnya perselingkuhan menyebabkan rasa sakit bagi orang lain," lanjutnya.

Alasan pelaku perselingkuhan

Berikut ini enam alasan yang sering diutarakan pelaku perselingkuhan untuk membenarkan perbuatan mereka.

1. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Menurut Sussman, alasan paling umum yang sering dipakai pelaku perselingkuhan adalah karena mereka merasa kebutuhan mereka tidak terpenuhi dalam hubungan.

"Mereka sering mengatakan 'saya merasa kesepian' atau 'saya diabaikan'," jelas wanita tersebut.

Orang yang berselingkuh juga mungkin mencari alasan dengan mengungkit kesalahan pasangannya, seperti bersikap terlalu mengendalikan, memiliki masalah terkait penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, atau kurang memberikan perhatian.

Beberapa orang mungkin juga mengatakan pasangan mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan atau anak-anak, sehingga mereka merasa bukan lagi menjadi prioritas utama.

Apapun alasan yang diutarakan, semua itu mengarah pada satu hal: orang yang berselingkuh tidak berani menghadapi ketidakpuasan dalam hubungan mereka secara langsung.

Sussman menyarankan kliennya untuk berbicara secara terbuka dan jujur dengan pasangan mereka mengenai masalah yang dihadapi.

"Dengan berselingkuh, kita kehilangan segala kredibilitas untuk meminta pasangan berubah," tutur Sussman.

2. Pasangan tidak peduli

Banyak orang yang berselingkuh berusaha membenarkan perilaku mereka dengan alasan pasangan tidak mempedulikan mereka dan tidak merasa keberatan jika mereka berselingkuh.

Mereka bahkan bisa menyalahkan pasangan karena kurang menunjukkan kasih sayang atau tidak lagi peduli pada mereka.

Meski hubungan sedang tidak baik-baik saja, agak naif jika menganggap seseorang tidak akan terluka dan kecewa ketika mengetahui pasangannya berselingkuh.

Seringkali, lebih mudah mempercayai asumsi yang kita buat daripada menerima konsekuensi atas tindakan kita yang sudah merusak kepercayaan dalam hubungan.

"Kebanyakan orang yang berselingkuh akhirnya akan ketahuan, dan konsekuensinya sangat menyakitkan bagi pasangan yang mengetahuinya," kata Sussman.

"Walaupun kita memiliki alasan valid mengapa kita merasa tidak bahagia, kita akan tetap berada di posisi yang salah bila berselingkuh."

3. Sulit setia dengan satu orang

"Ketika memasuki sesi terapi, jarang ada klien yang mengakui mereka kecanduan seks atau cinta," ungkap Sussman.

"Namun klien mungkin mengatakan 'saya tidak bisa setia' atau 'saya suka sensasi berhubungan dengan orang yang berbeda'".

Biasanya, orang yang selingkuh atau memiliki hubungan gelap melakukannya untuk mengatasi masalah lain, baik masalah hubungan maupun masalah psikologis.

Perilaku tersebut hanya memberikan kelegaan sementara waktu dan membuat orang itu menjadi ketergantungan.

"Saya menyebutnya sebagai cara menyelesaikan masalah yang buruk," kata Sussman.

"Mereka kesulitan dan menggunakan selingkuh sebagai cara mengatasi masalah mereka," lanjutnya.

"Ini sama seperti mengonsumsi obat atau alkohol sebagai mekanisme koping. Tapi itu hanya solusi sementara yang tidak akan berhasil dalam jangka panjang."

4. Berada dalam situasi yang ideal untuk selingkuh

Mungkin pikiran untuk selingkuh tidak pernah muncul di dalam benak pasangan sampai mereka terjebak dalam situasi untuk berselingkuh.

Misalnya, pasangan sedang hangout bersama beberapa teman dan ada lawan jenis yang menarik perhatian mereka. Pasangan pun memutuskan untuk selingkuh dengan berpikir "hanya kali ini saja".

Setelah itu, pasangan mungkin mencari alasan dan membenarkan tindakan tersebut dengan mengatakan mereka tidak dapat berpikir.

Mereka bahkan berpikir perselingkuhan itu wajar karena hanya terjadi sekali dan mereka yakin untuk tidak melakukannya lagi.

Sayangnya, satu kali selingkuh sudah cukup untuk menghancurkan kepercayaan dalam suatu hubungan.

Keputusan yang buruk, kesempatan, dan kurangnya kendali diri bukanlah alasan untuk membenarkan tindakan selingkuh.

5. Tidak mencintai pasangan

Ketika seseorang berselingkuh, seringkali mereka mencoba meyakinkan diri bahwa mereka tidak lagi mencintai pasangan dan hubungan mereka sudah hancur sejak lama.

Hal ini membuat pelaku perselingkuhan membuat jarak emosional dari hubungan mereka agar dapat membenarkan keputusan mereka untuk melanggar janji dan komitmen yang sudah dibuat.

"Apa pun masalah yang ada dalam hubungan, hadapilah," tegas Sussman.

"Sampaikan ke pasangan apa yang membuat kita tidak puas. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah adalah dengan berkomunikasi."

Jika memang kita tidak lagi mencintai pasangan, lebih baik ungkapkan perasaan itu daripada berselingkuh.

6. Menganggap dirinya bukan orang jahat

Pasangan yang selingkuh bisa saja berusaha meyakinkan diri bahwa mereka bukanlah orang jahat meskipun melakukan hal buruk.

Menurut Sussman, ini bukanlah alasan yang tepat untuk berselingkuh.

Mereka mungkin sudah mencoba segala upaya untuk menyelamatkan hubungan dan merasa berhak mendapatkan kebahagiaan dengan orang lain yang bukan pasangannya.

Tetapi sebaiknya urungkan keinginan tersebut sebelum hubungan dengan pasangan resmi berakhir.

"Ada waktu dan tempat untuk mendengarkan bagaimana perasaan kita," tutur Sussman.

"Perasaan kita valid, namun tindakan kita menyakitkan, tidak pantas, dan salah."

"Oleh karena itu, fokuslah menyembuhkan luka yang sudah dirasakan pasangan karena tindakan kita."

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/03/080800920/cara-pelaku-perselingkuhan-membenarkan-tindakan-mereka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke