Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Angelina Jolie, Kenali Risiko Kanker Payudara akibat Faktor Keturunan

KOMPAS.com - Penyakit kanker payudara sangat berkaitan dengan faktor risiko yang berkaitan dengan usia.

Secara umum angka kejadian kanker payudara paling sering ditemukan pada wanita di usia 65-74 tahun.

Tetapi dalam beberapa kasus, kanker payudara juga dapat terdeteksi pada wanita lebih muda.

Meski penyebab utama kanker payudara tidak diketahui, namun pada ahli memprediksi faktor risiko itu diakibatkan oleh mutasi gen, seperti yang dialami aktris Hollywood, Angelina Jolie.

Ya, pada tahun 2013 lalu Jolie menjalani operasi pengangkatan payudara setelah menemukan mutasi gen yang meningkat di tubuhnya secara signifikan.

Dokter yang menanganinya pun memprediksi kemungkinan Angelina Jolie memiliki risiko terkena kanker 87 persen.

Risiko tinggi itu pun membuatnya harus menjalani masektomi untuk mengurangi risiko kanker payudara.

Bagi wanita yang sempat dinobatkan sebagai aktris dengan bayaran tertinggi di Hollywood itu, kanker payudara bukanlah penyakit yang asing.

Bibi, ibu dan beberapa keluarga lain juga meninggal dunia akibat penyakit yang sama.

Dr. Khoo Kei Siong, Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre, Singapura, mengatakan, kemungkinan wanita muda menderita kanker payudara memang ada meski angka kasusnya sangat sedikit di bandingkan wanita yang lebih tua.

Salah satu penyebabnya diakibatkan faktor turunan yang membawa mutasi gen BRCA. Mutasi gen BRCA ditemukan pada kurang dari 10 persen pasien kanker payudara.

Gen BRCA merupakan singkatan dari Breast Cancer Gen, yang dikenal sebagai supresor tumor yang berperan untuk memperbaiki kerusakan DNA penyebab terjadinya kanker.

Tetapi adanya mutasi pada gen yang satu ini membuat perannya mengalami gangguan hingga meningkatkan perkembangan kanker.

Secara umum dokter Khoo mengatakan bahwa setiap orang membawa gen BRCA1 dan BRCA2 yang diwariskan dari orangtuanya. 

Faktanya adalah anak-anak dari keluarga yang memiliki banyak kasus kanker payudara atau ovarium, terutama jika kanker ini ditemukan pada usia muda, mereka memiliki peluang untuk mewarisi BRCA1 atau BRCA2 yang rusak. 

Dengan kata lain, anak-anak tersebut berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara atau ovarium atau keduanya.

Bahkan kebanyakan kanker hasil mutasi gen BRCA ini adalah kanker triple negative yang terbilang lebih agresif dan mudah menyebar.

"Seperti kasus Angelina Jolie, dia tidak terkena kanker tapi menyadari kemungkinan dirinya terkena kanker karena membawa mutasi gen tersebut."

"Dokternya memberi tahu risiko dia terkena kanker payudara tinggi, hal itu membuatnya menjalani pengangkatan payudara," jelas dokter Khoo dalam diskusi media terkait kanker payudara di Jakarta, baru-baru ini.

Melihat faktor keturunan seperti yang dialami Angelina Jolie, tata laksana penanganan kanker payudara memang perlu disadari sejak awal dengan penanganan yang tepat.

"Pengangkatan kanker payudara sebelum mutasi gen itu berkembang memungkinkan risiko seseorang terkena kanker payudara berkurang bahkan bisa menjadi nol," lanjutnya.

Dalam hal ini, mutasi gen BRCA juga tidak hanya memicu risiko payudara pada keturunan dengan jenis kelamin wanita, tetapi juga pria.

Mutasi gen BRCA pada pria berkaitan dengan kasus kanker payudara (meski angka kejadiannya jarang) hingga dapat berkembang menjadi kanker prostat hingga pankreas.

Salah satu cara paling umum untuk mendeteksi risiko kanker adalah melihat dan menyadari kejadian kanker payudara di lingkungan terdekat, misalnya dalam lingkup keluarga kandung.

Jika ada orangtua kandung, saudara atau nenek yang menderita hal yang sama, kemungkinan ada mutasi gen BRCA yang diturunkan ke kita.

Secara umum ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan orang berisiko tinggi mengembangkan kanker akibat faktor keturunan.

Mulai dari screening faktor risiko, peningkatan pengawasan, meminum obat kemoprevensi hingga pendekatan lain untuk mengurangi risiko kanker.

1. Screening lebih awal

Peningkatan pengawasan terhadap risiko kanker bisa dimulai sejak dini. Misalnya secara umum mulai screening pada usia 40 tahun.

Tetapi dengan risiko turunan, orang tersebut lebih baik screening dan tes gen BRCA lebih awal di usia 30 tahun.

Screening lebih awal setidaknya dapat membantu pasien untuk mengetahui kemungkinan risiko, penyebaran mikro, hingga perkembangan sel kanker yang ada di tubuhnya.

2. Minum obat

Pendekatan lain seperti meminum obat kemoprevensi sebagai upaya pencegahan perkembangan sel kanker juga dapat dipertimbangkan.

Tipe obat yang diminum itu mirip seperti obat kemo yang bertujuan untuk menekan dan mengurangi risiko kanker payudara.

"Minum obat ini sebagai terapi untuk menghilangkan dan membunuh sel kanker. Bahkan risikonya bisa berkurang setengahnya," tambah dokter Khoo.

3. Pengangkatan jaringan atau payudara

Sayangnya, keturunan mutasi gen BRCA sebagian besar menyebabkan kanker payudara yang cenderung ganas.

Maka dari itu, pengangkatan jaringan atau payudara dapat menjadi alternatif mengurangi risiko tersebut serta meningkatkan harapan hidup seseorang. 

Metode lainnya bisa menggunakan lumpectomy (pengangkatan benjolan), dan diikuti berbagai terapi lainnya untuk mencegah penyebaran kanker lebih luas.

Jika ingin menurunkan risiko kanker hingga 0 persen maka pasien dapat melakukan proses pengangkatan payudara atau bilateral mastektomi. 

Namun, bagi wanita muda pendekatannya bisa diawali dengan meningkatkan pengawasan, setelah berkeluarga dan memiliki anak baru dapat mempertimbangkan untuk melakukan pengangkatan payudara.

"Pendekatan penanganan risiko kanker ini sebetulnya dapat dipilih tergantung kondisi masing-masing individu meski pilihan ketiga presentase kesintasannya lebih tinggi."

"Berbagai pendekatan sangat penting dilakukan untuk mengurangi risiko. Angka kesintasan (harapan hidup dan kesembuhan) pasien bisa mencapai 75 persen ketika penanganan dilakukan sejak dini," pungkas dokter Khoo.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/05/13/120000820/seperti-angelina-jolie-kenali-risiko-kanker-payudara-akibat-faktor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke