Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konser "Music of the Spheres" Coldplay: Saat Jebakan "FOMO" dan Efek Veblen Bersatu

Dengan kombinasi penampilan yang memukau, visual memikat, dan keterikatan kuat dengan penonton, band ini sukses mengumpulkan fans mereka dalam keadaan euforia.

Sejak Coldplay mengumumkan bahwa mereka akan bertandang ke Indonesia untuk Tur Dunia Music of the Spheres yang akan digelar pada 15 November 2023, mendadak semua orang mengikuti euforia tersebut.

Entah karena benar-benar sebagai fans Coldplay atau hanya ikut-ikutan saja, yang jelas banyak anak muda yang dengan bangganya bercerita panjang lebar soal perjuangan untuk mendapatkan tiket konser Coldplay di media sosial masing-masing.

Saat yang dinanti-nanti tiba, “ticket war” pun digelar, karena tiket konser tersebut mulai dijual pada 17 Mei 2023.

Dengan permintaan yang tinggi, tiket tersebut dengan cepat terjual habis untuk hari ini, bahkan ada yang melakukan “scalping” tiket, membeli tiket dalam jumlah banyak dan kemudian menjualnya dengan harga lebih tinggi.

Kondisi tersebut menyebabkan banyak penggemar tidak bisa mendapatkan tiket.

Diakui atau tidak, di samping memiliki basis fans yang besar, dalam beberapa tahun terakhir band ini telah bereksperimen dengan tajuk konser mereka, menggunakan frasa yang kreatif dan menggugah pikiran.

Misalnya, tur 2017 disebut "A Head Full of Dreams", sedangkan tur kali ini mereka juluki dengan "Music of the Spheres".

Judul konser kreatif ini telah memicu banyak diskusi di kalangan penggemar. Sebagian orang menyukainya, sementara yang lain menganggap mereka berlebihan atau bahkan membingungkan.

Namun, tidak diragukan lagi bahwa cara kreatif tersebut efektif membangkitkan semangat dan antisipasi untuk konser Coldplay.

Salah satu alasan mengapa judul konser Coldplay begitu kreatif dan efektif adalah karena mereka bermain di Fear of Missing Out (FOMO).

FOMO adalah kecemasan sosial yang ditandai dengan rasa takut kehilangan sesuatu yang dialami orang lain, sederhananya mereka tak rela tertinggal untuk hal-hal yang sedang tren.

Ini adalah emosi kuat yang dapat mendorong orang untuk membuat keputusan impulsif, seperti membeli tiket konser yang mungkin tidak mereka minati.

Maka, tak heran banyak yang mendadak jadi fans Coldplay, padahal mungkin selama ini jarang atau bahkan tak pernah tahu tentang Coldplay.

Alasan lain mengapa judul konser Coldplay begitu menarik adalah karena mereka mengeksploitasi “Veblen Effect”.

Efek Veblen adalah fenomena di mana orang cenderung menginginkan sesuatu jika dipandang mahal atau eksklusif.

Ini karena orang ingin menunjukkan statusnya kepada orang lain, dan mereka percaya bahwa memiliki barang mahal atau eksklusif akan meraup pengakuan dan status sosial yang lebih tinggi.

Memang tajuk konser Coldplay sering dianggap mahal atau eksklusif, yang dapat membuat orang cenderung ingin menghadirinya.

Misalnya, tur "A Head Full of Dreams" adalah salah satu tur termahal dalam sejarah, dan tur "Music of the Spheres" diperkirakan akan lebih mahal lagi.

Label mahal dan harga tinggi ini dapat membuat orang merasa kehilangan sesuatu yang istimewa jika tidak menghadiri konser tersebut. Terlebih bagi yang mudah terpengaruh dengan trending di media sosial.

Kombinasi jebakan FOMO dan Veblen Effects dalam tajuk konser Coldplay sangat efektif untuk membangkitkan kegembiraan “momentary” dan antisipasi di kalangan penggemar.

Kegembiraan sesaat ini dapat menyebabkan orang membuat keputusan impulsif, seperti membeli tiket ke konser yang sebenarnya tidak begitu penting dalam daftar prioritas keuangan mereka.

Ini juga dapat menyebabkan orang menghabiskan lebih banyak uang untuk tiket dari yang seharusnya.

Selama ini, Fear of Missing Out atau FOMO, telah menjadi kekuatan yang meluas dalam era digital kita. Platform media sosial menjadi wadah saling memengaruhi tentang pengalaman luar biasa yang dialami orang lain, memicu keinginan kita untuk menjadi bagian dari aksi tersebut.

Konser Coldplay tidak terkecuali. Saat video, foto, dan cerita membanjiri feed media sosial kita, mereka yang tidak bisa hadir seolah-olah merasa terjebak dalam cengkeraman jebakan FOMO, ingin menjadi bagian dari atmosfer yang memukau dan merasakan kebahagiaan kolektif.

Selain itu, Efek Veblen, yang dicetuskan ekonom terkenal Thorstein Veblen, menggali relasi yang aneh antara harga dan permintaan atas barang mewah.

Menurut Veblen, ketika harga suatu barang naik, keinginan untuk memilikinya justru meningkat secara paradoks.

Eksklusivitas dan prestise yang terkait dengan memiliki atau pengalaman yang hanya bisa diraih oleh massa atau orang-orang tertentu, semakin memperkuat daya tariknya.

Konser Coldplay mewujudkan fenomena ini, dengan harga tiket tinggi yang menjadi tanda kehormatan bagi mereka yang cukup beruntung untuk hadir.

Inilah yang terjadi saat ini, mengapa kita berharap akan pengalaman yang tampaknya berada di luar jangkauan kita? Jawabannya terletak pada kehausan kita yang sangat dalam akan validasi sosial dan status.

Hadir dalam konser Coldplay, dengan harga tiket tinggi dan ketersediaan terbatas, menjadi pernyataan tentang kemakmuran dan selera seseorang.

Ini menjadi kesempatan untuk memamerkan modal budaya kita, mengklaim tempat kita dalam dunia di mana pengalaman telah menjadi mata uang utama.

Namun, di balik spektakuler dan permainan FOMO dan Efek Veblen terdapat cerita peringatan. Dalam upaya tanpa henti untuk pengalaman eksklusif, kita berisiko kehilangan pandangan tentang apa yang sebenarnya penting.

Pengejaran status dan validasi melalui konsumerisme dapat membuat kita selalu tidak puas, selalu menginginkan sesuatu yang lebih besar pada masa depan.

Ini adalah siklus tak pernah berakhir yang memperkuat ketidakamanan kita dan menjauhkan kita dari hubungan nyata dan pengalaman berarti.

Dalam konser Coldplay, kita menemukan pengingat yang kuat akan kekuatan menarik dari FOMO dan Efek Veblen.

Konser ini menggambarkan kompleksitas masyarakat yang didorong oleh konsumerisme, di mana hasrat akan eksklusivitas dan status sosial membentuk keinginan dan perilaku kita.

Saat kita merenung tentang betapa spektakulernya hal tersebut, mari juga berhenti sejenak untuk mempertimbangkan nilai keaslian, komunitas, dan kebahagiaan yang tidak terlihat di balik genggaman materialism yang semu ini.

Hanya dengan begitu kita dapat benar-benar melepaskan diri dari cengkeraman FOMO dan Efek Veblen, dan menemukan kepuasan dalam hal-hal sederhana yang lebih bermakna dalam hidup kita.

Benar, kita berhak membelanjakan setiap sen uang kita, tak satupun bisa menghalangi.

Namun, tantangan untuk melawan dorongan konsumtif dan menciptakan dunia di mana nilai-nilai sosial dan hubungan sejati menjadi lebih penting daripada keinginan akan pengalaman eksklusif.

Hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kebahagiaan yang mendalam dan kepuasan yang tahan lama, melampaui hasrat akan barang-barang mewah dan panggung sosial yang semu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/05/17/150326720/konser-music-of-the-spheres-coldplay-saat-jebakan-fomo-dan-efek-veblen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke