Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Peran yang Bisa Dimainkan Anak Muda, Anda yang Mana?

Usia muda, bagi saya, merupakan masa saat kita memiliki energi dan semangat membara untuk bisa lebih berdampak. Usia muda adalah saat tidak begitu banyak pertimbangan ketika ingin menciptakan inovasi.

Karena itu, anak muda perlu memanfaatkan usianya sebaik mungkin untuk mengambil peran di masyarakat. Menurut saya, ada tujuh peran yang bisa anak muda ambil untuk mengisi ruang-ruang publik dengan karya dan dampak positif.

Social Caregiver

Di Indonesia, masih banyak orang belum beruntung, khususnya dalam hal pekerjaan. Menurut data Badan Pusat Stastistik (BPS) tahun 2022, sebanyak 5,86 persen atau lebih dari 8,42 juta orang sedang kesulitan mencari pekerjaan.

Kita melihat orang-orang di pinggir jalan yang meminta-minta, anak-anak yang rela mengecat tubuhnya dengan cat perak hanya agar bisa makan. Fenomena ini bisa menjadi alasan bagi anak muda untuk melakukan gebrakan.

Gebrakan tersebut bisa dalam berbagai bentuk, misalnya memberikan pelatihan gratis atau dengan biaya terjangkau agar masyarakat bisa lebih berdaya. Anak muda juga dapat menciptakan lapangan kerja yang bisa berkontribusi dalam mengurangi pengangguran.

Menurut Buheji & Ahmed (2017), kreativitas dan jiwa muda sangat penting untuk menciptakan kondisi sosial-ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian. APJ Abdul Kalam, mantan presiden India mengatakan, “The youth need to be enabled to become job generators from job seekers.”

Anak muda harus menjadi engine of growth, punya dampak sosial di masyarakat, dan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Odoh & Eme (2014) menegaskan, berkembangnya atau hancurnya masyarakat ada di tangan anak muda. Dengan terus mengembangkan kemampuan dan kapabilitas, anak muda dapat menjadi social caregiver bagi lingkungan sekitarnya.

History Maker

Dalam sejarah Indonesia, anak muda adalah penentu arah bangsa. Setiap wacana dan tindakan anak muda mengarah pada perubahan besar.

Tahun 1920-an, Bung Karno mendirikan dan memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI) di usia 26 tahun. Bung Hatta memimpin Perhimpunan Indonesia di usia 25 tahun. Tahun 1998, mahasiswa/i memimpin gerakan reformasi untuk menggulingkan Presiden Soeharto.

Sejarah membuktikan, anak muda adalah pelaku sejarah. Menurut penjelasan Yatun Sastramidjaja, Asisten Profesor Departemen Antropologi di Universitas Amsterdam, yang dikutip dari The Conversation, anak muda adalah wujud dari era baru yang progresif dan Indonesia yang lebih baik.

Anak muda punya tanggung jawab untuk memimpin perjuangan yang sedang berlangsung untuk masa depan yang lebih baik. Karena itu, anak muda yang hidup di era sekarang harus meneruskan obor kepemimpinan dan cita-cita bangsa Indonesia. Sekarang ini, ada banyak jalan bagi anak muda untuk menorehkan tinta sejarah berkat kemajuan teknologi.

Peluangnya terbuka lebar bagi anak muda di kalangan atau posisi sosial manapun, sehingga siapapun bisa memberikan dampak untuk bangsa. Anak muda bisa berkontribusi membuat konten, membuat komunitas, bahkan berwirausaha. Tinggal memilih kontribusi apa yang ingin diberikan dan di sektor apa.

Innovation Creator

Menurut Alfian (2022), anak muda harus jeli melihat masalah sehingga dari situ bisa menemukan celah untuk membuat suatu karya atau solusi yang bermanfaat bagi lingkungannya. Anak muda dapat menciptakan inovasi apabila mampu mengeksplorasi celah yang ada menjadi sebuah peluang.

Indonesia menghadapi banyak tantangan yang mengharuskan penyelesaian inovatif. Menurut riset dari Indikator Politik Indonesia tahun 2023, ada tiga masalah utama yang perlu kita selesaikan bersama, yaitu mengendalikan harga pokok (36,9 persen), penciptaan lapangan pekerjaan (17,7 persen), dan pengurangan kemiskinan (10,6 persen).

Anak muda perlu maju dan menciptakan inovasi yang bisa menyelesaikan masalah itu. Sudah banyak anak muda yang berinovasi untuk menyelesaikan tiga masalah ini. Ada Sayurbox yang ingin membantu menyejahterakan petani dengan menjual produknya langsung ke konsumen. Shinta Nurfauzia yang membuat Lemonilo, produsen makanan sehat yang kini semakin berkembang.

Semakin banyak anak muda yang menjadi innovation creator, Indonesia akan lebih cepat untuk menjadi negara maju.

Energy Converter

Peran sebagai energy converter lebih kepada bagaimana kita mengelola diri, emosi, dan energi kita. Energy converter berkaitan dengan kesadaran kita akan energi negatif yang ada di sekeliling kita.

Banyak energi negatif yang kita dapatkan entah disadari atau tidak. Misalnya ketika kita melihat media sosial atau bertemu orang lain. Energi negatif itu  bisa menguras energi positif yang ada dalam diri kita, sehingga memengaruhi aktivitas kita.

Agar bisa mengubah energi negatif menjadi positif, anak muda perlu mengetahui dirinya terlebih dahulu, sebagaimana telah dikemukakan Sokrates. Menurut Petrovici & Dobrescu (2014), ajaran Sokrates tentang mengetaui diri sendiri bisa diterapkan dalam bentuk pengendalian emosi seseorang dan menyesuaikannya dengan konteks.

Saat kita mengetahui diri sendiri, kita bisa lebih cenderung berinteraksi secara positif. Ketika kita berinteraksi secara positif, kita pun juga mendapatkan energi positif.

Ada tiga kunci agar kita bisa mengubah energi negatif menjadi positif: reaksi, pola pikir, dan cara kita memaknai sebuah peristiwa. Ketiga hal ini bisa membantu energi kita menjadi positif atau negatif.

Sadhguru, dalam bukunya berjudul Karma: Panduan Seorang Yogi untuk Menciptakan Takdir Anda, mengatakan,  cara kita mengalami hidup adalah tanggung jawab kita, karena kemampuan kita meresponlah yang menentukan sifat pengalaman kita. Karena itu, anak muda harus jadi orang dengan mindset positif dan memaknai peristiwa dengan bijak.

Civilization Caretaker

Menjaga peradaban berarti bagaimana kita lebih peka terhadap keadaan masyarakat dan melakukan aksi nyata. Peran ini menuntut anak muda lebih memajukan masyarakatnya, tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi di berbagai bidang seperti pendidikan, keadilan gender, lingkungan, kesehatan, toleransi dan keberagaman.

Fokus civilization caretaker adalah menjaga dan meningkatkan kapasitas masyarakatnya. Udensi et al (2013) berargumen, ratusan ribu anak muda menjadi ujung tombak perubahan sosial yang positif – memimpin prakarsa komunitas, mengoperasikan bisnis kecil, dan membentuk kembali proses politik.

Di Indonesia juga demikian, banyak anak muda sudah membuat komunitas serta menciptakan proyek berdampak di masyarakat. Menjadi relawan pun salah satu aktivitas yang bisa menjaga peradaban, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.

Menurut riset dari Institute for Volunteering Studies tahun 2022, dua bidang itu menjadi yang terbesar, dengan pendidikan sebesar 21 persen dan kesehatan 20 persen. Hasil ini menunjukkan kesadaran anak muda untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.

Lifelong Learners

Semua peran di atas tidak bisa dilakukan jika anak muda tidak memiliki jiwa pembelajar sejati. Belajar tidak hanya sampai bangku kuliah, tetapi merupakan kegiatan seumur hidup. Setiap hari kita belajar hal baru yang menguatkan kapasitas kita sebagai pribadi.

Poquet & De Laat (2021) menyatakan,  kita perlu fokus mengembangkan kapabilitas kita. Zaman terus berkembang dan anak muda perlu menjaga relevansinya agar bisa menjawab tantangan zaman. Belajar adalah sebuah kewajiban sekaligus kebutuhan.

Laal & Salamati (2012) menjelaskan tiga manfaat besar menjadi seorang lifelong learner: mampu beradaptasi dengan perubahan, mendapatkan gaji yang lebih besar, dan memperkaya hidup karena bisa berinteraksi dengan kehidupan secara aktif dan bermakna.

Dengan kapabilitas yang meningkat, kita bisa berkontribusi lebih banyak, mampu lebih adaptif dan menjawab tantangan apapun. Anak muda yang memiliki pola pikir lifelong learners akan berpikir tantangan adalah kesempatan untuk memperluas zona nyaman dan belajar hal baru.

Dots Builder

Terakhir, anak muda bisa menjadi seorang konektor dan kolaborator, yakni sosok yang mampu menjembatani berbagai macam orang dari beragam latar belakang untuk bekerja sama. Di tengah ketidakpastian zaman, berkolaborasi dengan orang lintas disiplin, lintas minat, lintas ilmu, dan lintas keahlian akan sangat bermanfaat.

Deborah Grayson Riegel dalam tulisannya di Harvard Business Review yang berjudul Are You Taking Full Advantage of Your Network? bercerita betapa besar manfaat memiliki jaringan.

Ia mengemukakan tiga keuntungan memiliki jejaring yang beragam. Pertama, menyediakan pengalaman, wawasan, dan perspektif yang memperkaya pengetahuan dan pikirannya. Kedua, jejaring yang dia miliki membuatnya mampu menolong orang. Ketiga, memiliki jejaring yang luas dapat membantunya mempertajam kemampuan komunikasinya.

Menjadi seorang dots builder membutuhkan kerendahan hati. Hal ini karena dots builder adalah seorang yang menyerap berbagai macam ilmu layaknya busa, serta bertemu dengan banyak karakter manusia.

Salah satu rahasia seorang dots builder hebat adalah dia membangun relasi dari hati, bukan transaksional. Ketika membina hubungan yang berdasarkan kesamaan nilai, visi, dan misi, itu akan memberi kemudahan dalam hal apapun.

Anak muda bisa memiliki satu atau lebih peran di atas, karena semuanya berkesinambungan. Kita bisa saja menjadi seorang social caregiver dan dots builder. Tidak ada batasan soal berapa peran yang bisa diambil. Semakin kita meningkat kapasitas, peran yang bisa kita ambil juga bertambah.

Karena itu, seperti kata Alvin Toffler, jangan lupa untuk learn, unlearn, dan relearn!

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/05/23/102840520/7-peran-yang-bisa-dimainkan-anak-muda-anda-yang-mana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke